TEORI KEPRIBADIAN
Karya tulis ini dibuat sebagai syarat pengajuan Beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA)
Disusun
Oleh :
Annahal
Eleista 4915120350
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap :
Annahal Eleista
NIM : 4915120350
Fakultas/Jurusan :
Ilmu Sosial/ Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Perguruan Tinggi :
Universitas Negeri Jakarta
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 20 Juni 1995
Hobby : Belajar, menulis, berbagi kecerian
dengan teman-teman
No Tlp : (021)4809331/085782420485
E-mail : eleistaa@gmail.com
Alamat : Jln. Agatis Perumahan Aneka Elok
blok D1 no 24, Penggilingan Cakung
Jakarta Timur RT :
004/09 Kode Pos :
13940
Riwayat Pendidikan : SDN 06 Pagi Cakung Barat
SDN Percontohan Penggilingan 09 Pagi
SMPS Al-Wathoniah 9 Penggilingan
SMAN 11 Jakarta Timur
Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu
Sosial, Pendidikan
Ilmu Pengetahuan
Sosial 2012.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Pembantu
Dekan III Kaprodi Pendidikan IPS
Dr. Andy Hardiyanto Dr. Eko Siswono, M.Si
NIP. 197410212001121.001 NIP. 195033161983031004
Pemohon
Annahal
Eleista
NIM : 4915120350
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena rahmatNya sehingga saya dapat
menyelesaikan karya
tulis ini yang berjudul “Teori
Kepribadian”. Tujuan dibuatnya karya tulis
ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk pengajuan beasiswa PPA.
Terima
kasih saya ucapkan kepada penulis sumber karya
pustaka dan sumber media internet yang dimana karya-karya tersebut telah saya gunakan dan juga telah saya analisa sebagai bahan dari makalah yang saya buat.
Saya menyadari tanpa
adanya kerja sama penulis dari berbagai sumber
yang kami gunakan karyanya, maka karya tulis
yang saya buat tidak akan tersusun seperti
sekarang ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak diatas.
Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi saya sebagai penulis
dan juga dapat bermanfaat pula bagi para pembaca pada umumnya. Saya menyadari bahwa makalah ini tidaklah begitu
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca serta dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
Jakarta,
23 Januari 2014
Annahal
Eleista
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
s
I. LATAR BELAKANG
Kita
semua sama-sama ketahui bahwa seluruh elemen dan berbagai hal yang ada di dunia
ini merupakan hasil dan pemberian dari Allah SWT. Banyak sekali elemen atau materi
yang ada di dalam dunia ini, baik itu elemen yang terlihat, tak terlihat,
terjangkau, dan tak terjangkau. Salah satunya adalah seluruh makhluk hidup yang
tinggal dan bernaung di planet Bumi ini. Beranekaragamnya makhluk hidup yang
ada di bumi ini juga merupakan suatu hasil cipta dari sang maha kuasa. Makhluk
hidup yang telah diciptakan, diberikan kehidupan, dan bernaung di bumi ini
bermacam-macam jenisnya, yaitu organisme, manusia, hewan, dan tumbuhan. Dari
berbagai makhluk hidup yang telah disebutkan diatas, pasti akan memiliki
perbedaan yang mencolok satu sama lainnya. Kita hidup di dunia ini juga
dikatakan sebagai salah satu dari berbagai makhluk hidup yang telah diciptakan
oleh Allah SWT. Kita disebut sebagai makhluk hidup bertipe manusia, yang mana
tipe manusia ini adalah tipe makhluk hidup yang dapat dikatakan paling sempurna
dibandingkan dengan tipe-tipe makhluk hidup lainnya. Kenapa saya katakan
demikian?. Jawabannya adalah karena semua ciri-ciri yang dimiliki oleh seluruh
manusia sangatlah berbeda dengan makhluk lainnya dan juga tipe manusia memiliki
banyak kelebihan, yang dimana kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh makhluk
lainnya.
Sebelum bayi lahir ke dunia ini, Allah SWT telah memberikan berbagai macam
hal kepada manusia pada saat di dalam kandungan atau rahim sang ibu. Ketika
bayi telah lahir kedunia, maka secara otomatis bayi tersebut telah membawa
beberapa gen dari sang ibu dan beberapa gen dari sang ayah. Gen yang sudah
masuk di dalam diri bayi tersebut, maka lambat laun seiring dengan berjalannya
waktu bayi tersebut pasti akan mengalami perkembangan dan gen yang ada di dalam
bayi tersebut akan muncul perlahan-lahan. Maka dari itu, kita tak bisa
dipungkiri bahwa bayi yang akan keluar dari rahim ibu pasti akan memiliki
kemiripan yang sangat identik dengan hal-hal yang dimiliki oleh orang tuanya.
Entah itu mirip akan paras wajah, postur tubuh, sifat atau kepribadiannya,
hormon tubuh, dllnya.
Dalam pembahasan kali ini, kami lebih condong membahas tentang kepribadian
dan teori-teori yang ada di dalam kepribadian. Sama-sama kita semua ketahui
bahwa kepribadian merupakan salah satu hal yang pasti akan dimiliki oleh setiap
manusia. Kepribadian yang dimiliki masing-masing orang akan berbeda, karena
masing-masing orang memiliki gen yang berbeda-beda dan memiliki keluarga turun
temurun yang berbeda pula. Kepribadian yang ada di dalam diri masing-masing
individu juga dapat di pengaruhi oleh berbagai hal, baik itu dipengaruhi dari
dalam maupun dari luar. Selain itu juga perkembangan kepribadian di dalam diri
individu akan lebih dibahas di dalam teori-teori kepribadian, yang mana
masing-masing teori memiliki para ahli tersendiri. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang
kepribadian yang dimiliki dari masing-masing individu dan teori-teori yang ada di
dalam kepribadian. Maka sangatlah tepat jika membaca makalah ini, karena
makalah ini akan lebih membahas lebih dalam tentang kepribadian dan teori
kepribadian. Judul untuk makalah ini sangatlah cocok untuk pembahasan ini yaitu
“Teori
Kepribadian”.
II. RUMUSAN MASALAH
Di dalam makalah ini
yang diberikan judul yaitu “Teori Kepribadian” terdapat
beberapa rumusan masalah yang dituliskan di dalam bab pendahuluan ini.
Rumusan masalah tersebut yang akan
disajikan sebuah sub poko pembahasan di dalam makalah ini. ada beberapa
rangkaian rumusan masalah yaitu sebagai berikut ini :
1. Menjelaskan
tentang definisi atau pengertian dari kepribadian, baik itu definisi
kepribadian menurut kehidupan sehari-hari ataupun menurut cara pandang para
ahli psikologi.
2. Menjelaskan
tentang berbagai unsur yang terdapat di dalam kepribadian.
3. Menjelaskan
tentang berbagai macam yang ada di dalam kepribadian.
4. Menjelaskan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
5. Menjelaskan
tentang definisi dari teori kepribadian.
6. Menjelaskan
tentang fungsi-fungsi yang terdapat di dalam teori kepribadian.
7. Menjelaskan
tentang berbagai macam teori yang ada di dalam kepribadian, yaitu seperti teori
eksistensialis, teori behavioristik, teori psikoanalisa, dan teori aktualisasi
diri atau biasa disebut sebagai teori humanistik.
8. Menjelaskan
tentang hubungan kepribadian dengan kebudayaan.
III. TUJUAN
Di
dalam makalah yang telah kami susun secara sistematik dan telah kami buat
berdasarkan topik judul yang diambil, terdapat beberapa tujuan dari makalah ini
dan juga tujuan tersebut tertulis di dalam bab pendahuluan ini. Tujuan di
buatnya makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.
Pembaca
akan mengetahui tentang pengertian atau definisi dari kepribadian.
2.
Setelah
membaca makalah ini, semua para pembaca akan mengetahui tentang berbagai macam
unsur yang ada di dalam kepribadian.
3.
Menambah
ilmu di dalam diri pembaca dari berbagai macam kepribadian yang ada di dalam
diri masing-masing individu.
4.
Dapat
menambah wawasan atau pengetahuan dari berbagai penjelasan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian di dalam diri seseorang.
5.
Setelah
membaca makalah ini, maka semua para pembaca akan mengetahui tentang definisi
atau pengertian dari teori kepribadian.
6.
Dapat
mengetahui tentang berbagai fungsi yang ada di dalam teori kepribadian.
7.
Setelah
membaca makalah ini, maka dapat menambah wawasan atau pengetahuan dari
penjelasan tentang berbagai macam jenis teori yang ada di dalam kepribadian.
Seperti : teori eksistensialis, teori behavioristik, teori psikoanalisa, dan
teori aktualisasi diri atau teori humanistik.
8.
Dapat
mengetahui tentang hubungan dari kepribadian dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN
Para
ahli biologi dengan para ahli antropologi, psikologi, atau sosiologi akan
sangat berbeda pendapatnya ketika disuruh meneliti tentang manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Kenapa kami katakan
berbeda ?. Jawabannya adalah karena kalau para ahli dalam bidang biologi
pastilah mereka akan meneliti tentang berbagai organisme yang dimiliki manusia
(baik itu berupa jenis organ yang ada di dalam tubuh manusia, fungsi, dan
manfaatnya dari masing-masing organ tersebut, dsb). Sedangkan kalau para ahli
dalam bidang sosial, pasti mereka akan meneliti tentang pola tingkah laku dan
tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya
para ahli dalam bidang biologi juga dapat meneliti tentang pola kelakuan,
tetapi sangatlah disayangkan kalau para ahli biologi hanya dapat meneliti
tentang pola kelakuan yang dilakukan oleh binatang (seperti : kelakuan mencari
makan, menghindari ancaman bahaya, mencari betina pada masa birahi, bersetubuh,
mencari tempat untuk melahirkan, memelihara, dan melindungi keturunannya, dsb).
Berbeda dengan para ahli dalam bidang sosial, yang dimana mereka dapat meneliti
pola kelakuan, tingkah laku, atau tindakan yang dilakukan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Pola kelakuan atau tingkah laku yang dimiliki setiap
individu lebih bersifat unik dan berbeda atau variasi. Sifat tersebut dapat
muncul karena tingkah laku manusia dapat dipengaruhi dan ditentukan oleh sistem
organ biologis, akal, dan jiwanya. Apabila seorang para ahli dalam bidang
sosial yang berbicara tentang “pola
kelakuan manusia”. Maka yang dimaksudnya adalah kelakuan yang dimiliki
secara khusus di dalam diri manusia (seperti : kelakuan organisme manusia yang
dapat ditentukan oleh naluri, dorongan refleks, atau kelakuan manusia yang
tidak lag dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya) [1].
II. DEFINISI KEPRIBADIAN
Istilah “kepribadian”
(personality) sesungguhnya memiliki banyak arti [2].
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam menyusun teori penelitian dan
pengukurannya. Kiranya patut diakui bahwa diantara para ahli psikologi, belum
ada kesepakatan tentang arti dan definisi kepribadian itu sendiri. Boleh
dikatakan bahwa jumlah arti atau definisi dari kepribadian adalah akan sebanyak
para ahli yang menafsirkan kata tersebut.
Pembahasan kita tentang definisi dari kepribadian akan dimulai dengan
membahas pengertian kepribadian yang diungkapkan oleh orang awam atau definisi
kepribadian yang diungkapkan secara umum yang telah dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Kemudian setelah menjelaskan tentang definisi kepribadian yang
secara umum, baru dilanjutkan dengan pembahasan tentang definisi kepribadian
yang diungkapkan menurut psikologi.
A. Definisi Kepribadian Menurut Pengertian Sehari-hari
Kata “personaity” dalam bahasa
Inggris berasal dari bahasa Latin yaitu Persona. Pada mulanya kata persona ini
menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di zaman
Romawi dalam memainkan peranannya. Pada waktu itu, setiap pemain sandiwara
memainkan peranannya masing-masing harus sesuai dengan topeng yang ia
kenakannya. Dari sini lambat laun kata persona (personality) berubah menjadi
satu istilah yag mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh
individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan
bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang
diterimanya itu [3].
Disamping itu, kepribadian juga dapat dihubungkan dengan ciri-ciri yang
menonjol pada diri individu. Contohnya : kepribadian suatu individu dappat
dilihat dari pakaian atau atribut lain yang dikenakan olehnya. Dari hal diatas,
maka dapat pula dikatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari
bagaimana individu tampil di depan umum dan akan menimbulkan pendapat atau kesan
bagi individu-individu lainnya yang berada disekitarnya.
Dalam bahasa populer atau bahasa kita sehari-hari, istilah dari kata
“kepribadian” dapat diartikan sebagai ciri-ciri watak seseorang individu yang
konsisten. Maksud dari perkataan diatas adalah bahwa memang seseorang pasti
akan memiliki beberapa ciri watak yang diperlihatkannya dari sejak lahir hingga
akhir hayatnya dan watak yang ditunjukkan di dalam kehidupan sehari-harinya
akan bersifat konsisten atau konsekuen sehingga akan tampak bahwa individu
tersebut memiliki identitas yang ada dalam dirinya secara khusus dan berbeda
dari individu-individu yang lainnya. Selain terdapat istilah yang mengatakan
tentang berbagai hal dari kepribadian dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya
adapula definisi dari kepribadian atau personality yaitu susunan unsur-unsur akal
dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap
individu. Dalam definisi yang telah disebutkan diatas tentang kepribadian
tersebut masih sangatlah kasar sifatnya dan tidak banyak berbeda dengan arti
yang diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari-hari. Di dalam pembahasan
tentang kepribadian ini, akan terdapat di dalamnya pembahasan tentang konsep
kepribadian dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimana kita semua ketahui bahwa
konsep di dalam kepribadian akan berkesinambungan dengan definisi kepribadian
yang telah diungkapkan dimuka. Konsep dari kepribadian tersebut adalah suatu
konsep yang demikian luas sehingga merupakan suatu konstruksi yang tidak mungkin
dirumuskan dalam satu definisi yang tajam tetapi mencakup keseluruhan. Maka
dari itu, cukuplah kiranya kalau untuk sementara kita pergunakan saja terlebih
dahulu definisi yang masih kesar itu. sedangkan penggunaan definisi-definisi
yang lebih tajam untuk analisis yang lebih mengkhusus dan mendalam, kita
serahkan kepada para ahli psikologi.
B. Definisi Kepribadian Menurut Psikologi
Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari
rumusan beberapa teori kepribadian yang terkemuka. Ada beberapa para ahli dalam
bidang psikologi yang berpendapat tentang arti dari kepribadian yaitu sebagai
berikut [4]
:
1. George Kelly.
Memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari
individu yang mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
2. Gordon Allport.
Mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang
dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran individu yang secara khas. Allport menggunakan istilah “psikofisik”
dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang
terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya
suatu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah
“khas” yang digunakan oleh Allport dimuka memiliki sebuah arti bahwa setiap
individu bertingkah laku dalam caranya sendiri, karena setiap individu pasti
memiliki kepribadian sendiri. Tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian dan
bertingkah laku yang sama.
3. Sigmund Freud.
Memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri
dari tiga sistem yaitu id, ego, dan super ego. Menurutnya, tingkah laku tidak
lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi dari ketiga sistem
kepribadian diatas.
III. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN
Di dalam kepribadian terdapat beberapa unsur yang akan dijelaskan atau di
deskripsikan di bawah ini yaitu sebagai berikut [5]:
A.
Pengetahuan.
Pengetahuan sebagai salah satu unsur kepribadian yang memiliki aspek-aspek
yaitu diantaranya ada penggambaran (persepsi), apersepsi, pengamatan, konsep,
dan fantasi yang berada di alam sadar manusia. Walaupun demikian, diakui bahwa
banyak pengetahuan atau bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun
oleh seorang individu selama hidupnya itu, seringkali hilang dari alam akalnya
yang sadar atau dalam kesadarannya karena berbagai macam sebab.
Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi
sebenarnya tidak hilang atau lenyap begitu saja, melainkan hanya terdesak masuk
saja ke dalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut “alam bawah sadar”. Pengetahuan
individu dalam bawah sadar larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang
seringkali tercampur satu sama lain dengan tidak teratur. Proses itu terjadi karena
tidak ada lagi akal sadar dari individu bersangkutan yang menyusun dan
menatanya dengan rapih walaupun terdesak ke alam bawah sadar, namun
kadang-kadang bagian-bagian pengetahuan tadi mungkin muncul lagi di alam
kesadaran dari jiwa individu tersebut.
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar,
secara nyata terkandung dalam otaknya. Ada bermacam-macam hal yang dialami
melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor
organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran
akuistik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (barat-ringan),
tekanan termikal (panas-dingin), dan sebagainya yang masuk ke dalam sel-sel
tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya.
Disana berbagai macam proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi yang
menyebabkan berbagai macam getara dan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan
yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu
penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal manusia yang sadar
tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”.
Penggambaran tentang lingkungan tersebut di atas berbeda dengan misalnya sebuah
gambar foto yang secara lengkap memuat semua unsur dari lingkungan yang terkena
cahaya sehingga merupakan suatu penggambaran yang terfokus pada bagian-bagian
khusus tadi. Apabila individu tadi menutup matanya, maka akan terbayang dalam
kesadarannya penggambaran yang berfokus dari alam lingkungan yang baru saja
dilihatnya.
Bilamana penggambaran tentang lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian
yang paling menarik perhatian seorang individu, diolah dalam akalnya dengan
menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang
pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya dalam masa yang lalu yang timbul
kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadarannya.
Penggambaran baru dengan pengertian baru seperti itu, dalam ilmu psikologi
disebut “apersepsi”. Ada kalanya
suatu apersepsi, setelah diproyeksikan kembali oleh individu menjadi suatu
penggambaran yang berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian
yang menyebabkan individu tertarik dan lebih intensif memusatkan akalnya
terhadap bagian-bagian yang khusus tadi. Penggambaran yang lebih intensif
terfokus yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif dalam ilmu
psikologi disebut “pengamatan”.
“Konsep” adalah penggambaran abstrak
tentang bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan
asas-asas tertentu secara konsisten. Dengan proses akal itu, individu mempunyai
suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak yang
sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam
penggambaran yang menjadi bahan konkret dari penggambaran baru itu.
“Fantasi” adalah penggambaran tentang
lingkungan individu yang ditambah-tambah dan dibesar-besarkan dan ada yang
dikurangi serta dikecil-kecilkan pada bagian-bagian tertentu, ada pula yang
digabung-gabungkan dengan penggambaran-penggambaran lain, menjadi penggambaran
yang baru. Sama sekali yang sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan.
Contoh : menggambarkan ayam bertanduk atau anjing yang bisa berbicara dan
sebagainya.
Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep serta kemampuannya untuk
berfantasi sudah tentu sangat penting bagi manusia. Ini disebabkan karena tanpa
kemampuan akal untuk membentuk konsep dan penggambaran fantasi, terutama konsep
dan fantasi yang mempunyai nilai guna dan keindahan artinya kemampuan akal yang
kreatif maka manusia tidak akan dapat mengembangkan cita-cita serta
gagasan-gagasan ideal, manusia tidak dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, dan
manusia tidak akan dapat mengkreasikan karya-karya keseniannya.
B.
Perasaan.
Koentjaraningrat
(1986) menyatakan bahwa perasaan
adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh
pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif atau negatif. Suatu perasaan
yang selalu bersifat subyektif karena adanya unsur penilaian, yang biasanya
menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa
juga positif, artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya
sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan kepadanya, atau bisa juga
negatif, artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan
membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.
Alam
kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Kalau orang pada
suatu hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar reklame minuman es
kelapa muda berwarna merah muda yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu
menyebabkan seolah-olah terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas es
kelapa muda yang dingin, manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang
panas-panasnya, yang seakan-akan demikian realistiknya sehingga keluarlah air
liurnya. Apersepsi seorang individu yang menggambarkan diri sendiri sedang
menikmati segelas es kelapa muda tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu "perasaan" yang positif yaitu perasaan nikmat dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan
air liur.
Sebaliknya kita dapat juga menggambarkan adanya
seorang individu yang melihat sesuatu hal yang buruk atau mendengar suara yang
tidak menyenangkan, mencium bau busuk dan sebagainya. Dugaan-dugaan atau
persepsi seperti itu dapat menimbulkan kesadaran akan perasaan yang negatif,
karena dalam kesadaran terkenang lagi misalnya bagaimana kita menjadi muak
karena sepotong ikan yang sudah busuk yang kita alami di masa yang lampau.
Apersepsi tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar merasa
muak apabila kita mencium lagi bau ikan busuk.
Suatu
perasaan bisa berwujud menjadi kehendak, suatu kehendak juga dapat menjadi
sangat keras, dan hal itu sering terjadi apabila hal yang dikehendaki itu tidak
mudah diperoleh, atau sebaliknya. Suatu kehendak yang kuat/keras disebut dengan
keinginan. Suatu keinginan juga bisa menjadi sangat besar, dan bila hal ini
terjadi maka disebut dengan emosi.
C.
Dorongan Naluri.
Kesadaran
manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang
tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah
terkandung dalam organismanya, dan khususnya dalam gen-nya (dirinya) sebagai
naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia tersebut,
disebut dorongan (drive).
Naluri
yang terkandung dalam diri manusia sangat beragam (Koentjaraningrat, 1986),
beberapa ahli memiliki perbedaan, namun mereka sepakat bahwa ada paling sedikit
tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1. Dorongan
untuk mempertahankan hidup.
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi
yang juga ada pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan bahwa semua
jenis makhluk mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi ini.
2. Dorongan
sex.
Dorongan ini malahan telah menarik perhatian banyak
ahli psikologi, dan berbagai teori telah dikembangkan sekitar soal ini. Suatu
hal yang jelas adalah bahwa dorongan ini timbul pada tiap individu yang normal
tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan memang dorongan ini mempunyai landasan
biologi yang mendorong makhluk manusia untuk membentuk keturunan yang
melanjutkan jenisnya (regenerasi).
3. Dorongan
untuk usaha mencari makan.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak bayi
pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makan, yaitu dengan
mencari susu ibunya atau botol susunya, tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang
adanya hal-hal itu tadi.
4. Dorongan
untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari
kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif.
5.
Dorongan untuk meniru tingkah-laku
sesamanya.
Dorongan ini merupakan sumber dari adanya beraneka
warna kebudayaan di antara manusia, karena adanya dorongan ini manusia
mengembangkan adat yang memaksanya berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
6.
Dorongan untuk berbakti.
Dorongan ini mungkin ada dalam naluri manusia,
karena manusia merupakan makhluk, yang hidup kolektif, sehingga untuk dapat
hidup bersama dengan manusia lain secara serasi ia perlu mempunyai suatu
landasan biologi untuk mengem bangkan rasa altruistik, rasa simpati, rasa cinta
dan sebagainya, yang memungkinkannya hidup bersama itu. Kalau dorongan untuk
berbagai hal itu diekstensikan dari sesama manusianya kepada kekuatan-kekuatan
yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya, maka akan timbul religi.
7. Dorongan
akan keindahan.
Dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau
gerak. Pada seorang bayi dorongan ini sudah sering tampak pada gejala
tertariknya seorang bayi kepada bentuk-bentuk tertentu dari benda-benda di
sekitamya, kepada warna-warna cerah, kepada suara nyaring dan berirama, dan
kepada gerak-gerak yang selaras. Beberapa ahli berkata bahwa dorongan naluri
ini merupakan landasan dari suatu unsur penting dalam kebudayaan manusia, yaitu
kesenian.
IV. MACAM-MACAM KEPRIBADIAN
Ada dua macam kepribadian yang ada di dalam
masing-masing individu, yaitu sebagai berikut :
A.
Macam-macam
kepribadian individu
Berbagai isi dan sasaran dari pengetahuan,
perasaan, kehendak, dan keinginan kepribadian, serta perbedaan kualitas
hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu,
menyebabkan keragaman struktur kepribadian pada setiap manusia. Oleh karena
itulah kepribadian tiap individu sangat unik.
Dalam hal ini kepribadian seseorang terbentuk
karena adanya materi yang menyebabkan tingkah laku berpola yaitu suatu
kebiasaan (habit) dan berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya
kepribadian (personality).
1. Jumlah
individu
2. Kebiasaan (Habit)
|
3. Adat Istiadat (costoms)
4. Sistem Sosial (social system)
|
5. Kepribadian Individu (individual personality )
|
6. Kepribadian Umum (Modal Personality)
|
Dalam hal ini kepribadian menjadi dua unsur
kajian keilmuan kepribadian individu dikaji dengan ilmu psikologi sedangkan
kepribadian yang bersifat kelompok dikaji oleh ilmu antropologi dan ilmu-ilmu
sosial lainya. Seluruh gagasan, pengetahuan, dan konsep yang secara umum hidup
atau dianut didalam masyarakat disebut adat istiadat. Hal tersebut akan
mempengaruhi tingkah laku masyarakat tingkah laku tersebut membentuk pola tindakan
bagi sebagian masyarakat yangsaling berkaitan satu sama lain yakni disebut
sistem sosial. Karena isi materi
merupakan pengetahuan dan perasaan seorang individu itu berbeda
dengan individu lainya serta sifat dan intensitas kaitan antara berbagai macam
bentuk pengetahuan dan perasaan pada setiap individu itu berbeda maka manusia
memiliki kepribadian yang berbeda.
B.
Kepribadian
umum
Para ahli etnografi abad 19 sebagian besar
karya etografi mereka terdapat suatu deskripsi tentang watak atau kepribadian umum
para masyarakat yang menjadi objek etnografi mereka deskripsi itu didapat
berdasarkan pengalaman komunikasi dan interaksi mereka terhadap masyarakat
sekitar para ahli antropologi saat itu sedang mengumpulkan data dan bahan
tentang kebudayaan. Contoh dari kepribadian ini adalah :
·
Kebudayaan
Bali
Ketika seorang ahli
antropologi pada masa itu berinteraksi dan berkomunikasi pada masyarakat bali
dan ia memiliki pengalaman-pengalaman meyenangkan maka biasanya kepribadian
orang bali dideskripsikan pada etnografinya bahwa orang bali bersifat ramah,
setia, jujur, dll. Sebaliknya apabila pengalamanya tidak menyenangkan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi maka hal tersebut mempunyai refleksi dalam
etnografinya bahwa orang bali memiliki kepribadian yang bersifat judes,
sombong, tidak setia, penipu, tidak bermoral.
Seiring
berkembangnya pengetahuan antropologi pada sekitar tahun 1930 seorang ahli
antropologi R. Linton mengembangkan suatu penelitian mengenai kepribadian umum.
Ia dengan ahli psikologi mencari hubungan untuk mempertajam pengertianya
mengenai konsep psikologi yang menyangkut kepribadian umum tersebut dan
bersama-sama mereka mencari metode yang eksak untuk mengukurnya. Karena
cara-cara mendeskripsikan kepribadian umum masyarakat pada suatu kebudayaan tidak
bersifat ilmiah pada etnografi kuno itu. Dalam usahanya R. Linton bersama
seorang ahli psikologi A. Kardiner mengadakan penelitian untuk pertama kalinya
pada masyarakat dikepulauan marqueass dibagian timur polinesia, dan suku tanala
dibagian timur pulau madagaskar. Dalam usahanya tersebut Linton bertindak
sebagai pencari bahan etnografi sedangkan Kardiner menerapkan metode-metode
psikologinya dan menganalisis data psikologinya. Hasilnya adalah sebuah buku
yang berjudul The Individual and His-society (1938). Atas usahanya tersebut
Linton dan kardiner menemukan kosep yang dinamakan kepribadian dasar atau basic
personality structure, yang mengemukakan bahwa setiap individu memiliki
kepribadian dasar yakni semua unsur kepribadian yang dimiliki bersama oleh suatu
masyarakat. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu dari suatu
masyarakat itu mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama masa
tumbuhnya.
V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN
Secara
garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian,
yaitu : faktor
hereditas (genetika) dan faktor
lingkungan (environment).
A.
Faktor Genetika (Pembawaan)
Pada
masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari
ibu dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu
gen yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan
potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu
menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut. Pengaruh gen terhadap kepribadian sebenarnya
tidaklah secara langsung, tetapi lebih tepatnya
pengaruh dari gen sebenarnya lebih ke secara tidak langsung yang ditentukan
dari : kualitas sistem syaraf,
keseimbangan biokoimia tubuh, dan struktur tubuh.
Lebih
lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya
dengan perkembangan kepribadian adalah :
1.
Sebagai
sumber bahan mentah kepribadian. Seperti fisik,
intelegensi, dan temperamen.
2.
Membatasi
perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan kepribadian.
Dalam
kaitan ini Cattel dkk., mengemukakan bahwa : “kemampuan belajar dan penyesuaian diri
individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu
sendiri”.
Misalnya :
kapasitas fisik
(perawakan, energi, kekuatan, dan kemenarikannya) dan
kapasitas intelegtual (cerdas, normal, atau terbelakang). Meskipun begitu, batas-batas perkembangan kepribadian bagaimanapun lebih besar dipengaruhi
oleh faktor lingkungan.
Contoh : seorang anak laki-laki yang tubuhnya
kurus, mungkin akan mengembangkan “self
concept” yang tidak nyaman. Jika dia berkembang dalam kehidupan sosial yang
sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan merendahkan
keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita
yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam
lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.
Ilustrasi
diatas menunjukkan, bahwa hereditas sangat mempengaruhi “konsep diri” individu sebagai dasar individualitasnya, sehingga
tidak ada orang yang mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun kembar
identik.
Menurut
C.S. Hall, dimensi-dimensi temperamen : emosionalitas, aktivitas, agresivitas,
dan reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen) demikian halnya dengan
intelegensi. Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang
melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan
ini, Pervin (1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut yaitu :
1. Metode
Sejarah (Riwayat) Keluarga.
Galton
(1870) telah mencoba meneliti kegeniusan yang dikaitkan dengan sejarah
keluarga. Temuan penelitiannya manunjukkan bahwa kegeniusan itu berkaitan erat
dengan keluarga. Temuan ini bukti yang mendukung teori hereditas tentang
kegeniusan individu.
2. Metode
Selektivitas Keturunan.
Tryon (1940) menggunakan pendekatan ini dengan
memilih tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”, dengan yang bodoh “dull”.
Ketika tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan, ternyata
keturunannya mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi normal.
3. Penelitian
terhadap Anak Kembar.
Newman, Freeman, dan Halzinger (1937) telah meneliti
kontribusi hereditas yang sama terhadap tinggi dan berat badan, kecerdasan dan
kepribadian. Mereka menempatkan 19 pasangan kembar identik dalam pemeliharaan
yang terpisah, 50 pasangan kembar identik dalam
pemeliharaan yang sama dan 50 pasangan kembar “fraternal” dalam
pemeliharaan yang sama juga. Hasilnya
menunjukkan bahwa kembar identik yang dipelihara terpisah memiliki kesamaan
satu sama lainnya dalam tinggi dan berat badan, serta kecerdasannya. Demikian
juga kembar identik yang dipelihara bersama-sama, ternyata lebih mempunyai
kesamaan dari pada kembar “faternal”.
4. Keragaman
Konstitusi (Postur) Tubuh.
Hippocrates menyakini bahwa temperamen manusia dapat
dijelaskan bardasarkan cairan-cairan tubuhnya. Kretsvhmer telah
mengklasifikasikan postur tubuh individu pada tiga tipe utama, dan satu tipe campuran. Pengklasifikasian
ini didasarkan pada penelitiannya terhadap 260 orang yang dirawatnya. Berikut
ini adalah tipe pengklasifian tubuh menurut Kretschmer.
a.
Tipe
Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut besar, dada dan bahunya bulat.
b.
Tipe
Asthenis (Leptoshom) : tinggi dan ramping,
perut kecil, dan bahu sempit.
c.
Tipe
Atletis : postur tubuhnya harmonis (tegap, bahu
lebar, perut kuat, otot kuat).
B.
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya sebagai berikut :
1. Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama dalam
pembentukan kepribadian anak. Kenapa bisa dikatakan seperti itu?. Alasannya adalah karena :
a.
Keluarga
merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifyikasi anak.
b.
Anak
banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
c.
Para
anggota keluarga merupakan “significant
people” bagi pembentukan kepribadian anak.
Baldwin dkk. (1945), telah melakukan penelitian
tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepribadian anak. Pola asuh orang
tua itu ternyata ada yang demokratis dan juga authoritarian. Orang tua yang demokratis
ditandai dengan perilaku
:
a.
Menciptakan
iklim kebebasan.
b.
Bersikap
respek terhadap anak.
c.
Objektif.
d.
Mengambil
keputusan secara rasional.
2. Kebudayaan
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi
(mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun
tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola perilaku
tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita.
Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan sebagai
faktor penentu kepribadian, muncul pertanyaan: Bagaimana tipe dasar kepribadian
masyarakat itu terjadi? Dalam hal ini Linton (1945) mengemukakan tiga prinsip
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga prinsip tersebut adalah :
a.
Pengalaman
kehidupan dalam awal keluarga.
b.
Pola
asuh orang tua terhadap anak.
c.
Pengalaman
awal kehidupan anak dalam masyarakat.
3. Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian
anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di antaranya sebagai berikut :
a.
Iklim
emosional kelas.
b.
Sikap
dan perilaku guru.
c.
Disiplin.
d.
Prestasi
belajar.
VI. TEORI KEPRIBADIAN
A. Definisi Teori Kepribadian.
Teori kepribadian sama hal nya dengan teori-teori lain yang terdapat dalam
psikologi, yang dimana merupakan salah satu bagiannya sangatlah penting dan
tidak dapat terabaikan kegunaannya. Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya teori
kepribadian maka akan sulit untuk memahami tingkah laku manusia. Di dalam
pembahasan ini, terdapat salah seorang para ahli yang mengutarakan pendapatnya
tentang definisi dari Teori Kepribadian. Sang tokoh tersebut bernama Hall dan
Lindzey (1970) yang mengemukakan tentang teori kepribadian. Menurutnya, teori
kepribadian merupakan sekumpulan anggapan atau konsep yang satu sama lainnya
berkaitan mengenai tingkah laku manusia [8].
B. Fungsi Teori Kepribadian.
Di dalam berbagai teori tentang bidang atau hal apa saja pasti akan
memiliki fungsi di dalamnya untuk seluruh para pembaca. Termasuk juga dengan
teori kepribadian, yang mana teori ini juga memiliki fungsi di dalamnya.
Fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh teori kepribadian adalah sebagai berikut
[9]:
1.
Deskriptif : fungsi ini dapat menjadikan suatu teori kepribadian bisa
mengorganisasikan dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang
dialami oleh indiviudu secara sistematis.
2.
Prediktif : fungsi ini dapat menjadikan teori kepribadian bisa meramalkan
perubahan-perubahan yang spesifik dari tingkah laku seseorang.
VII. MACAM-MACAM TEORI KEPRIBADIAN.
Di dalam berbagai macam teori pasti akan memiliki sub-sub teori yang lebih
menjelaskan tentang kepribadian seuai dengan pembahasan dari teori yang telah
disahkan oleh para ahli dari berbagai teori-teori yang ada. Termasuk dengan
teori di dalam kepribadian, terdapat berbagai macam jenis teori yang ada di
dalam kepribadian. Dari macam-macam teori yang ada pasti akan memiliki para
ahli yang menganut dan membahas tentang teori tersebut. macam-macam teori yang
ada di dalam kepribadian yaitu sebagai berikut :
A. Teori Psikoanalisa : Sigmund Freud (1856-1939).
Teori kepribadian psikoanalisa ini dikembangkan oleh Dr. Sigmund Freud atau
biasa dipanggil dnegan sebutan Freud, ia adalah seorang psikiater dari Austria.
Teori ini sering sekali disebut sebagai aliran Freud (Freudian School). Teori Kepribadian Psikoanalisa merupakan
salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat
manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran
pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme,
sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.
Teori psikoanalisa ini lebih mengutamakan tentang pentingnya proses
ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan. Sebagai contoh :
anda tidak akan sadar mengenai otak anda yang memroses informasi visual yang
masuk di dalamnya. Anda juga tidak sadar mengenai otak anda yang mengarahkan
fungsi-fungsi dasar metabolisme anda seperti pernafasan, denyut jantung, atau
pencernaan. Fungsi-fungsi ini bekerja dalam tingkat yang tidak disadari oleh
kita.
Freud mengatakan bahwa kepribadian dasar kita dibentuk pada lima tahun
pertama kehidupan manusia. Lalu freud juga berpendapat bahwa “pemuasan
kebutuhan pada manusia di dasarkan kepada instingnya, berfokus pada kebutuhan
seksual dari dalam diri (libido seksual), kesenangan, dan fantasi-fantasi yang
menyenangkan”. Di dalam pemikiran Freud terdapat tiga level tingkat kesadaran.
Tingkat kesadaran yang dimiliki tiap diri seseorang terdapat di dalam
pembahasan struktur kepribadian. Menurut Freud, tiga level tingkat kesadaran
yaitu dapat dijabarkan di bawah ini :
1.
Conscious Mind (alam sadar) : kesadaran sebagai penghubung dengan kehidupan
sehari termasuk pengalaman dan persepsi yang mana kita sadar terhadap kejadian
tertentu.
2.
Preconscious Mind (ambang kesadaran) : terdiri dari memori-memori yang
tidak hanya ada di kesadaran, namun dapat dengan mudah dibangkitkan ke
kesadaran dan dikembalikan ke ketidaksadaran bila dibutuhkan.
3.
Unconscious Mind (alam bawah sadar) : menyimpan motif-motif instingtual yang
primitif dan memori dan emosi yang sangat tenang.
Menurut Freud, selain terdapat tiga level tingkat kesadaran di dalam teori
psikoanalisa tetapi adapula tiga komponen yang ada di dalam diri manusia. Yang
mana ketiga komponen tersebut merupakan bagian dari struktur kepribadian dalam
teori psikoanalisa. Komponen-komponen tersebut dapat dikatakan sebagai model atau
unsur dari kepribadian yang ada di dalam teori psikoanalisa ini. Ketiga model atau
unsur yang ada di dalam teori psikoanalisa ini dapat di deksripsikan pada
pembahasan di bawah ini yaitu sebagai berikut :
1. Id (Das Es)
Id merupakan sistem kepribadian yang paling dasar,
yang dimana di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang
lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi
yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. Selain itu id juga dapat dikatakan sebagai Dorongan kebutuhan
dari dalam diri manusia, baik itu kebutuhan emosional, fisik, maupun kebutuhan
seksualnya yang sifatnya selalu ingin dipuaskan (here and now) dan biasanya
berhubungan dengan kesenangan yang harus dipenuhi dan sesegera mungkin
(pleasure principles). Contoh : pada bayi yang baru lahir sangat dikuasai oleh
id. Bayi yang menangis ketika lapar dan ingin sesegera mungkin dipenuhi
kebutuhan akan rasa laparnya tersebut tanpa mau tahu bagaimana ia akan
mendapatkan makanan atau susunya tersebut.
2. Ego (Das
Ich)
Unsur ini dapat dikatakan unsur yang rasional, karena
manusia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, memiliki
berbagai macam ide untuk bagaimana caranya dapat terpenuhi kebutuhannya,
memiliki prinsip yang berdasarkan kenyataan (reality principle) dimana manusia
belajar untuk menahan id-nya dengan jalan yang tepat dan memiliki pandangan
yang lebih realistik untuk memenuhi kebutuhan di dalam dirinya. Contoh : rina
berumur 15 tahun, lalu rina pada saat itu dia sedang lapar. Maka dengan umur
yang segitu, otomatis rina akan dapat membuat makanan sendiri dengan berbagai
ide-ide yang ada di dalam pemikirannya. Dari hal itulah maka kepuasan rina
dalam hal lapar sudah terpenuhi secara rasional. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
·
Ego
merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan
id.
·
Seluruh
energy (daya) ego berasal dari id.
·
Peran
utama memenuhi kebutuhan id dan lingkungan sekitar.
·
Ego
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembanbiakannya.
3. Super Ego (Das Ueber Ich)
Adanya norma-norma, moral, aturan-aturan yang
berlaku, yang dimana hal tersebut bersifat evaluatif dan memiliki penjelasan tentang hal yang benar dan yang
salah guna membantu sang ego untuk menahan sang id. Menurut Freud, superego
terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu
dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu
tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari superego adalah
sebagai berikut :
·
Sebagai
pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls
tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
·
Mengarahkan
ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
·
Mendorong
individu kepada kesempurnaan.
Pada teori psikoanalisa ini Freud membagi tahapan-tahapan perkembangan
kehidupan manusia menjadi lima, yaitu sebagai berikut [10]:
1. Fase Oral (0-1 tahun)
Adalah masa dimana kepuasan, baik fisik dan emosional
berfokus pada daerah sekitar mulut. Kebutuhan akan makanan adalah kebutuhan
yang paling penting untuk faktor fisik dan emosional yang sifatnya harus segera
dipuaskan. Dimasa ini id dan pemenuhan kebutuhan sesegera mungkin berperan
sangat dominan.
2. Fase Anal (1-3 tahun)
Adalah masa dimana sensasi dari kesenangan berpusat pada
daerah sekitar anus dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Pada
masa inilah anak mulai dikenalkan dengan “toilet training”, yaitu anak mulai
diperkenalkan tentang rasa ingin buang air besar atau kecil. Anak diperkenalkan
dan diberi pembiasaan tentang kapan saatnya dan dimana tempatnya untuk buang
air besar atau kecil dan juga mengeliminasi kebiasaan-kebiasaan anak yang
kurang tepat dalam hal BAB dan BAK, misalnya BAB atau BAK di celana. Contoh : ketika anak
sudah menunjukkan gejala atau bahas tubuh tentang BAB atau BAK, orang tua atau
orang dewasa segera mengantarkan anak ke kamar kecil, perilaku ini dilakukan
berulang-ulang dan konsisten.
3. Fase Phalic (3-6 tahun)
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang
menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan
dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Tingkah laku anak pada tahap ini
yaitu usia tiga sampai lima tahun banyak ditandai oleh bekerjanya kompleks
Oedipus. Kompleks Oedipus meliputi kateksis seksual terhadap orang tua yang
berlainan jenis serta kateksis permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak
laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya sedangkan anak
perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya. Perasaan-perasaan
ini menyatakan diri dalam khayalan pada waktu anak melakukan masturbasi dan
dalam bentuk pergantian antara sikap cinta dan sikap melawan terhadap kedua
orang tuanya. Tahap-tahap oral, anal, dan phalik, disebut dengan tahap-tahap
pragenital.
4. Fase Latensi (6-12 tahun)
Masa ini adalah
periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak
mengembangkan kemampuannya bersublimasi, seperti
mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya.
Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar).
5. Fase Genital (masa dewasa)
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat
narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi
dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya
karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak.
Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan
ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan
phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis
pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan
sampai batas tertentu. Meskipun
demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia tidak
mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang
mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir
organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.
B. Teori Behaviorisme : B. F. Skinner [11].
·
Asumsi
Dasar Behavioristik
Skinner
bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya
menjadi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah. Asumsi dasar dari Behavioristik adalah sebagai berikut
:
1.
Tingkah
laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful).
Ilmu
adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu
berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain. (Alwisol,2005:400). Tingkah laku merupakan
hasil pengaruh timbal balik dari variable-variabel tertentu yang dapat
diidentifikasikan, yang sepenuhnya menentukan tingkah laku. Tingkah laku
individu seluruhnya merupakan hasil dari dunia objektif.
(A.Supratiknya,1993:317-318). Asumsi
bahwa seluruh tingkah laku berjalan menurut hukum jelas mengandung implikasi
tentang kemungkinan mengontrol tingkah laku. Skinner tidak banyak tertarik pada
aspek-aspek tingkah laku yang sangat sukar berubah, misalnya aspek-aspek
tingkah laku yang terutama dikuasai oleh warisan hereditas.
(A.Supratiknya,1993:320)
2.
Tingkah
laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted).
Ilmu
bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya mengenai peristiwa
masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah
yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan
datang dan menguji prediksi itu.
3.
Tingkah
laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled).
Ilmu
dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk tingkah laku seseorang.
Skinner bukan hanya ingin tau bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi Skinner
sangat berkeinginan memanipulasinya. Skinner
menganggap kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku
manusia-keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia merupakan
bukti kebenaran suatu teori. Lebih penting lagi tingkah laku manusia harus
dikontrol karena Skinner yakin manusia telah merusak dunia yang di
tinggalkannya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Skinner memahami dan
mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional tingkah laku
(functional analysis of behavior): suatu analisis tingkah laku dalam bentuk
hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimulus atau
kondisi tertentu. Menurutnya analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab
terjadinya tingkah laku sebagaian besar berada di event antesedennya atau
berada di lingkungan. Skinner yakin bahwa tingkah laku dapat diterangkan dan
dikontrolkan semata-mata dengan memanipulasi lingkungan dimana organisme yang
bertingkah laku itu berada.
· Struktur Kepribadian
Behavioristik
Skinner
adalah tokoh yang tidak tertarik dengan struktural dari kepribadian.
Menurutnya, mungkin dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan dan memprediksi
tingkah laku berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah
laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah lingkungan. Jadi Skinner
lebih tertarik dengan aspek yang diubah-ubah dari kepribadian alih-alih aspek
struktur yang tetap.
Skinner
memusatkan diri pada tingkah laku yang dapat diubah. Karena itu, ia kurang
tertarik pada ciri-ciri tingkah laku yang tampaknya relative tetap. Prediksi
dan penjelasan bisa dicapai lewat pengetahuan tentang aspek-aspek kepribadian
yang bersifat tetap dan dapat diubah. Tetapi kontrol hanya bisa dicapai lewat
modifikasi; kontrol mengimplikasikan bahwa lingkungan dapat diubah untuk
menghasilkan pola-pola tingkah laku yang berbeda. Akan tetapi Skinner tidak
pernah menyatakan bahwa semua faktor yang menentukan tingkah laku ada dalam
lingkungan.
Skinner
juga mengakui bahwa sejumlah tingkah laku memiliki dasar genetik semata-mata,
sehingga pengalaman tidak akan berpengaruh terhadap tingkah laku itu. Skinner
melihat persamaan antara dasar hereditas atau bawaan dan dasar lingkungan dari
tingkah laku, Skinner mengemukakan bahwa proses evolusi membentuk tingkah laku
spesies yang bersifat bawaan sama seperti tingkah laku-tingkah laku individu
yang dipelajari dibentuk oleh lingkungan.
Unsur
kepribadian yang dipandang Skinner relative tetap adalah tingkah laku itu
sendiri. Ada dua klasifikasi tipe tingkah laku :
1.
Tingkah
laku responden (respondent behavior).
Respon
yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik
berhubungan dengan respon itu. Respon reflex termasuk dalam komponen ini,
seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan
dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu
waktu dipuji.
2.
Tingkah
laku operan (operant behavior).
Respon
yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa
terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon
baru. Dalam
memformulasi sistem tingakah laku, Skinner membedakan dua tipe respons tingkah
laku yakni
responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah
suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan
stimulus itu selalu mendahui respon. Contoh tingkah laku respoden itu anatara
lain menggigil karena kedinginan, stimulus udara dingin, sedangkan responnya
adalah menggigil. Pada tingakah laku responden juga bisa dilihat bahwa stimulus
yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dari species
yang sama, serta tingkah laku responden itu biasanya menyertakan
refles-refleks yang melibatkan sistem otonom. Skinner tidak yakin
bahwa porsi utama dari tingkah laku manusia terdiri dari refles-refleks
sederhana ataupun respons-respons yang diperoleh melalui pengkondisian klasik.
Sebaliknya Skinner yakin bahwa tingkah laku manusia itu sebagian besar terdiri
dari respon-respon kategori kedua, yakni tingkah laku operan. Tingkah laku
operan menurut Skinner diperoleh melalui pengkondisian operan atau
instrumental, ditentukan oleh kejadian yang mengikiti respons. Artinya dalam
tingkah laku operan konsekuensi atau hasil dari tingkah laku akan menentukan
kecenderungan organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah lakunya
itu dimasa yang akan datang. Jika hasil yang diperoleh oraganisme melalui
tingkah lakunya itu positif, maka organisme akan mengulang ataupun
mempertahankan tingkah lakunya itu. Sebaliknya jika hasil dari tingkah laku itu
negative, maka tingkah laku tersebut oleh oraganisme akan dihentikan atau tidak
diulang. Untuk memperjelas pemahaman mengenai tingkah laku operan, kita
bisa mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari berupa pengkondisian operan
dari tingkah laku atau respons menangis pada anak kecil.
Konsep
perkuatan yang digunakan dalam pengkondisian operan ini menduduki peranan kunci
dalam teori Skinner. Skinner mengemukakan bahwa ia menemukan kemungkinan
menggunakan jadwal-jadwal perkuatan tidak tetap secara kebetulan, yakni sebagai
hasil dari penyelesaian kesulitan praktis yang dihadapinya. Jadwal perkuatan
semacam ini, yang disebut perkuatan sinambung, bisa digunakan pada permulaan
pengkondisian operan. Menurut Skinner variabilitas intensita tingkah laku itu
dapat dikembalikan kepada variable lingkungan. Konsep motivasi yang menjelaskan
variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan
energi, tujuan, dan jenis penyebab semacamnya.
·
Dinamika
Kepribadian Behavioristik
1.
Kepribadian
dan Belajar
Kepedulian
utama dari Skinner adalah mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakikat teori
Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku
baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus
dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar
merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru
dipelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat difahami dengan mempertimbangkan
pertimbangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya.
Cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan
penguatan, suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu
berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa yang akan datang. Konsep
dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh
konsekuensi tingkah laku itu.
2.
Generalisasi
dan Deskriminasi Stimulus
Generalisasi
stimulus adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan
stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan diskriminasi stimulus
adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi
respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat. Generalalisasi dan
diskriminasi sangat penting sebagai sarana belajar, karena kalau keduanya tidak
ada, orang tidak belajar sama sekali. Kita selalu belajar dari permulaan, dan
kita terus menerus akan belajar tingkah laku baru kalau tidak ada generalisasi,
karena tidak ada orang yang dapat berada dalam situasi yang sama persis dan melakukan
respon yang sama persis pula.
Menurut
Skinner, generalisasi stimulus itu memiliki arti penting bagi integritas
tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku
individu akan terbatas dan tidak terintegritas, yang menyebabkan individu
tersebut harus selalu mengulang-ulang pembelajarannya, bagaiman bertingkah laku
secar layak. Disamping generalisasi stimulus, menurut Skinner individu
mengembangkan tingkah laku adaptif atau penyesuaian diri melalui kemampuan
membedakan atau diskriminasi stimulus. Deskriminasi stimulus merupakan
kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses belajar bagaimana
merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda. Menurut
Skinner, kemampuan mendiskriminasikan stimulus itu pada setiap orang tidaklah
sama.
3.
Tingkah
Laku Kontrol Diri
Prinsip
dasar pendekatan Skinner adalah: Tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh
variable eksternal. Tidak ada sesuatu dalam diri manusia, tidak ada bentuk
kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkah laku. Namun betapapun kuatnya
stimulus dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses
kontrol diri. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan dalam diri,
tetapi bagaimana diri mengontrol variable-variabel luar yang menentukan tingkah
laku. Tingkah laku tetap ditentukan oleh variable luar, namun dengan cara
kontrol diri berikut, pengaruh variable itu dapat diperbaiki-diatur atau
dikontrol.
· Pendekatan Psikologi
Skinner dalam Teori Kepribadian Behavioristik
Skinner
menegaskan bahwa teori-teori tentang tingkah laku manusia sering memberikan
ketentraman yang keliru kepada para ahli psikologi mengenai pengetahuan mereka
bilamana dalam kenyataannya mereka tidak memahami kaitan antara tingkah laku
yang muncul dengan peristiwa yang terjadi (antesenden-antesenden) dilingkungannya.
Dalam pembahasan ini, Skinner akan dihadirkan sebagai seorang tokoh psikologi
pengembang teori, dengan pendekatan pembelajaran behavioristik sebagai ciri
yang utama :
1.
Tentang
Otonomi Manusia
Skinner
amat menentang anggapan mengenai adanya “agen
internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia menjadi otonom atau
kemandirian dalam bertingkah laku. Keberadaan “manusia otonom” itu tergantung
pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak
diperlukan lagi apabila kita telah mengetahui banyak tentang tingkah laku.
Menurut Skinner kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian,
keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran, atau
prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman
mengenai tingkah laku manusia.
Menurut
Skinner, manusia adalah kotak tertutup, dan seluruh variable yang mengantarai
tingkah laku dan outpu-output tingkah laku harus dikesampingkan dari
penyelidikan psikologi. Menurut Skinner penguraian yang memadai bisa
dilakukan tanpa bantuan sejumlah konstruk selain kaitan-kaitan fungsional
antara stimulus-stimulus dan respons-respons tingkah laku yang secara terbuka
diungkapkan oleh individu. Menurut Skinner kejadian-kejadian internal merupakan
bagian yang bisa diterima dalam psikologi sejauh kejadian-kejadian internal itu
bisa dieksternalisasi dan diukur secara objektif.
2.
Penolakan
Atas Penguraian Fisiologis-Genetik
Penolakan
Skinner atas penguraian atau konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah
laku itu sebagian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak
memungkinkan kontrol tingkah laku. Menurut Skinner, bisa dilihat bahwa sejumlah
aspek tingkah laku berkaitan dengan waktu kelahiran, tipe tubuh, atau
konstitusi genetik , fakta tersebut terbatas kegunaannya. Keterangan
fisiologis-genetik itu boleh jadi membantu kita dalam analisis eksperimental
atau pengendalian praktis, sebab kondisi fisiologis-genetik itu tidak bisa
dimanipulasi. Jadi Skinner tidak menolak adanya unsur fisiologis-genetik
(kebutuhan dan keturunan) dalam tingkah laku, melainkan mengabaikannya
disebabkan unsur-unsur tersebut tidak bisa dimanipulasi atau dikendalikan dalam
eksperimen.
3.
Psikologi
Sebagai Ilmu Pengetahuan Tingkah Laku
Dalam
pendekatannya terhadap studi tentang manusia, Skinner beranggapan bahwa seluruh
tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa
kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Dengan tegas Skinner menolak
anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, atau anggapan
bahwa tingkah laku bisa muncul tanpa sebab. Manusia dengan sistem-sistemnya,
adalah mesin yang rumit. Bagi Skinner, ilmu pengetahuan tentang tingkah laku
manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak berada dengan ilmu pengetahuan
lainnya yang berorientasi kepada data. Tujuan ilmu-ilmu pengetahuan itu sama,
yakni meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajari (dalam psikologi
Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku yang nampak).
Dengan
pendekatan behavioristiknya, Skinner mempertahankan analisis fungsional atas
tingkah laku organisme. Dengan analisis fungsional, seorang ahli didorong untuk
membentuk kaitan yang pasti, nyata, dan dapat diperinci anatara tingkah laku
organisme yang dapat diamati (respons) dan kondisi-kondisi lingkungan
(stimulus) yang menentukan atau mengendalikannya.
4.
Kepribadian
Menurut Perspektif Behaviorisme
Sebagaimana
telah kita ketahui, Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian
(personality) atau diri (self) sebagai pendorong atau pengarah tingkah laku.
Skinner menyebutkan gagasan semacam itu sebagai sisa dari animisme
primitive. Dari perspektif bahaviorisme Skinner, studi tentang
kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup
atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas
dari individu. Menurut Skinner individu adalah organisme yang memperoleh
perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Selanjutnya bagi Skinner studi
tentang kepribadian itu ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan
antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
· Perkembangan Kepribadian
Behavioristik
Sebagian
besar teori Skinner adalah tentang perubahan tingkah laku, belajar, dan
modifikasi tingkah laku, karena itu dapat dikatakan bahwa teorinya yang paling
relevan dengan perkembangan kepribadian. Bersama dengan banyak teoritikus,
Skinner yakin bahwa pemahaman tentang kepribadian akan tumbuh dari tinjauan
tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam interaksinya yang terus menerus
dengan lingkungan. Konsep kunci dalam sistem Skinner adalah prinsip perkuatan,
maka pandangan Skinner seringkali disebut teori perkuatan operan.
Konsep
perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri,
transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima Skinner. Memang ada
kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka dalam menerima
stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi
fisik yang bersifat universal sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodesasi
perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan Skinner karena dia memandang
pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku. Peran
lingkungan yang dominan dalam perkembangan oraganisme, digambarkan secara
ekstrim oleh Watson sebagai pakar behavioris.
Keistimewaan
kelompok respon ini menyebabkan Skinner memakai istilah “operan”. Operan adalah respon yang beroperasi pada lingkungan dan
mengubahnya. Perubahan dalam lingkungan selanjutnya mempengaruhi terjadinya
respon tersebut pada kesempatan berikutnya. Skinner menyatakan dengan penuh
keyakinan bahwa kepribadian tidak lain adalah kumpulan pola tingkah laku,
Skinner yakin kita dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan
perkembangan-perkembangan ini dengan melihat bagaimana prinsip perkuatan mampu
menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan
tahap respon-responnya dimasa lalu. Jadwal perkuatan juga dapat dibentuk dengan
mengabaikan faktor waktu dan banyaknya hadiah yang diperoleh itu semata-mata
tergantung pada tingkah lakunya sendiri.
Skinner
yakin bahwa pemerkuat-pemerkuat terkondisi atau pemerkuat-pemerkuat sekunder
sangat penting untuk mengontrol tingkah laku manusia. Perkuatan terkondisi
merupakan suatu konsep eksplanatorik atau penjelasan yang sangat bisa
diandalkan. Jadi, pengertian tentang perkuatan terkondisi adalah penting dalam
sistem Skinner, dan seperti akan kita liat bahwa Skinner menggunakannya secara
efektif untuk menjelaskan dipertahankan atau terpelihara banyak respon yang
terjadi sebagai bagian dari tingkah laku sosial kita.
Pengertian
tentang Generalisasi stimulus juga penting dalam sistem Skinner, sebagaimana
pengertian itu penting dalam semua teori kepribadian yang berasal dari belajar.
Skinner tidak merumuskan generalisasi stimulus maupun deskriminasi stimulus
dalam arti proses perseptual atau proses internal lainnya. Skinner merumuskan
masing-masing konsep itu sebagai hasil-hasil pengukuran respon dalam situasi
eksperimental yang dikontrol secara cermat. Kebanyakan aspek kepribadian muncul
dalam suatu konteks sosial, dan tingkah laku sosial merupakan ciri penting
tingkah laku manusia pada umumnya. Satu-satunya ciri tingkah laku sosial adalah
fakta bahwa Skinner melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih. Selain
itu, tingkah laku sosial tidak dipandang berbeda dari tingkah laku lainya,
sebab Skinner yakin bahwa prinsip-prinsip yang menentukan perkembangan tingkah
laku dalam suatu lingkungan yang terdiri dari benda-benda hidup.
·
Aplikasi
Teori Kepribadian Behavioristik
1.
Tingkah
Laku Abnormal
Skinner
berpendapat bahwa tingkah laku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama
dengan perkembangan tingkah laku normal. Konsep implus id yang tertekan, krisis
identitas, konflik ego-superego adalah penjelasan yang menghayal. Kelainan
tingkah laku itu adalah kegagalan belajar memebuat seperangkat respon yang
tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
o Kekurangan tingkah laku
(behavior deficit) :
tidak memiliki respertoir respon yang dikehendaki karena miskin reinforsemen.
o Kesalahan penguatan (schedule
reinforcement error) : pilihan
responnya tepat, tetapi reinforsemen diterima secara tidak benar sehingga
organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
o Kesalahan memahami
stimulus (failure in discriminating stimulus) : sering terjadi pada penderita
skizoprenik dan psikotik lainnya, yaitu orang gagal memilah tanda-tanda yang
ada pada stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan
yang salah dihubungkan dengan reinforsemen. Alibatnya akan terjadi pembentukan
tingkah laku yang tidak dikehendaki.
o Merespon secara salah
(inapropiate set of response) :
terkait dengan ketidak mampuan mengenali penanda
spesifik suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah karena
justru respon itu yang mendapat reinforsemen.
C.
Teori Aktualisasi Diri (Humanistik)
: Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York pada tanggal 1 April 1908.
Semua gelar psikologinya diperoleh dari Universitas Wisconsin. Maslow menyebut
dirinya sebagai orang yang berpandangan humanistik dalam psikologi.
Pandangannya tentang manusia positif dan optimistik. Ia yakin bahwa manusia
pada dasarnya baik, memunyai potensi-potensi yang tak terukur untuk mencapai
puncak tertinggi. Tingkat-tingkat kebutuhan salah satu sumbangan penting
Abraham Maslow bagi psikologi modern adalah teorinya tentang aktualisasi diri (self
actualization). Pebahasan tentang aktualisasi diri tidak bisa dilepaskan dari
teori Maslow tentang tingkat-tingkat kebutuhan. Menurut Maslow,
kebutuhan-kebutuhan itu adalah faktor-faktor yang mendorong (memotivasi) orang
untuk melakukan perbuatan. Kebutuhan tingkat pertama berupa kebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan seperti makan, minum, dan hubungan seksual. Tingkat kedua
berupa kebutuhan akan rasa aman (sefety needs), dimana orang bisa bebas
melakukan aktivitasnya tanpa terganggu oleh ancaman-ancaman yang dapat menincar
keselamatannya. Tingkat ketiga adalah kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta
(social needs). Pada tingkat ini, orang butuh untuk mengikatkan dirinya pada
kelompok sosial tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok
tersebut. Tingkat keempat adalah
kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kelima adalah kebutuhan akan
aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi
dan penggunaan semua bakat, potensi, serta penggunaan semua kualitas dan
kapasitas secara penuh. Karena aktualisasi adlaah kebutuhan yang paling tinggi,
maka ia menjadi kebutuhan yang paling rendah prioritasnya. Orang harus memenuhi
keempat kebutuhan di bawahnya untuk merasa butuh akan aktualisasi diri. Karena
itu, menurut Maslow sangat sedikit di dunia ini orang yang sudah mencapai tahap
aktualisasi diri, kurang dari satu persen dari seluruh manusia yang ada di
bumi.
Ø Sifat-sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri
Untuk mencapai tingkat aktualisasi diri, orang harus sudah memenuhi empat
kebutuhan sebelumnya. Ia jangan lagi direpotkan oleh masalah mencari makan,
jangan lagi hiraukan ancaman keamanan dan penyakit, memiliki teman yang akrab
dan penuh rasa cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia bebas dengan
neuroris, psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal
usia, orang yang mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang
setengah tua atau lebih tua. Maslow bahkan menyebut usia 60 tahun atau lebih,
sebab orang setua ini sudah mencapai taraf kematangan (sudah hampir selesai),
dalam artian tidak akan atau sulit untuk berubah lagi. Sifat-sifat berikut ini
merupakan manifestasi dari meta kebutuhan yang telah dipaparkan diatas, yang
mana sifat-sifat ini akan berorientasi secara lebih realistik di dunia nyatanya. Inilah sifat-sifat paling
umum dari orang yang teraktualisasi yaitu :
1. Ia mampu mengamati obyek-obyek dan orang-orang disekitarnya secara
objektif.
Maslow menyebutkan persepsi objektif ini Being-cognition.
Suatu bentu pengamatan pasif dan represif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia
melihat dunia secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh
keinginan, kebutuhan, atau sikap emosional.
2. Penerimaan umum atas kodrat, orang lain, dan diri sendiri.
Orang yang teraktualisasi akan menerima dirinya,
kelemahannya, dan kekuatannya tanpa keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya
sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi di balik topeng-topeng atau
peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan orang lain
dengan penuh kesabaran, rendah hati, dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu
segala-galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.
3. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran.
Dalam semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi
bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Ia tidak harus
menyembunyikan emosi-emosinya, tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut
secara jujur dan wajar. Seperti : anak kecil, yang dimana kadang orang yang
teraktualisasi akan terlihat terlalu lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian,
takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu semua dilakukannya secara apa
adanya tanpa dibuat-buat.
4. Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri sendiri.
Orang yang teraktualisasi diri tidak pernah menyalahkan
diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ia menganggap kegagalan itu
sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam setiap
kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak menjadikannya
mundur dan menganggap dirinya tidak mampu. Dicobanya lagi memecahkan masalah
dengan penuh kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikannya.
5. Memiliki kebutuhan akaan privasi dan independensi.
Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki kebutuhan
yang kuat untuk memisahkan diri dan mendapatkan suasana kesunyian atau suasana
yang menditatif. Ia butuh saat saat tertentu untuk tidak terganggu oleh adanya
orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan,
dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya sendiri.
6. Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Orang yang mengaktualisasikan diri sudah dapat melepaskan
diri dari ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri, melalui
pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.
7. Apresiasi yang senantiasa segar.
Orang yang teaktualisasi senantiasa menghargai
pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang
dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum.
Bulan yang bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan hal-hal
biasa lainnya selalu dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang baru
pertama kali baginya. Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya
selalu bergairah tanpa kebosanan.
8. Mengalami pengalaman-pengalaman puncak.
Ada kesempatan dimana orang yang mengaktualisasikan
dirinya mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan
meluap-luap. Seperti : pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang disebut
Maslow dan Idquo : peak experience atau
pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang kuat dan ada yang ringan,
hal ini dapat diperoleh setiap hari yaitu dengan cara bekerja, mendengarkan
musik, membaca buku, bahkan saat mengalami terbitnya matahari.
9. Minat sosial.
Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan
afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk
membantu kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membatu orang lain. Bainya
mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.
10. Hubungan antar pribadi yang kuat.
Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih
besar, persahabatan yan lebih dalam serta identifikasi yang lebih sempurna
dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak banya, tetapi
sangat akrab. Istrinya mungkin cuma satu, tapi cinta yang diterima dan
diberikannya sangat besar dan penuh kesetiaan.ia tidak memiliki ketergantungan
yang berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga membuatnya terhindar dari
cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.
11. Struktur watak demokrasi.
Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua
orang tanpa memerhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik,
ras, warna kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka menunjukkan tingkat
toleransi yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau menganggap dirinya paling
benar. Sifat ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan, seperti : kebenaran,
kejujudan , keadilan.
12. Mampu mengintegrasikan sarana dan tujuan.
Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan
tujuan adalah tujuan. Tetapi berbeda dengan orang-orang biasa, orang yang
teraktualisasi melihat sarana bisa pula menjadi tujua karena kesenangan dan
kepuasan yang ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukalah
semata-mata untuk mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan
kesenangan dan kepuasan, menyenangi apa yang dilakukan, sekaligus melakukan
yang dia senangi , membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai dan penuh
dengan rekreasi.
13. Selera humor yang tidak menimbulkan permusuhan.
Humor yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi
lebih bersifat filosofis,humor yang menertawakan manusia pada umumnya, bukan
kepada individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang bijaksana yang dapat
membuat orang tersenyum dan meengangguk tanda mengerti daripada membuatnya
tertawa terbahak-bahak.
14. Sangat kreatif.
Kreativitas juga merupakan ciri umum pada manusia
superior ini. Ciri-ciri yang berkaitan dengan kreativitas ini antara lain
fleksibelitas, spontanitas, keberanian, keterbukaan, dan kerendahan hati.
Maslow percaya ini merupakan sifat yang sering hilang tatkala orang sudah
dewasa. Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau
menggabungkan beberapa penemuan sehingga di dapatkan sesuatu yang berbeda.
Kreativitas juga merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan
lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia, suatu
proses, dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai
15. Menentang konformitas terhadap kebudayaan.
Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan,
tetapi ia dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik
pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-cara
tertentu yang diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu mempermasalkan hal-hal
kecil seperti cara berpakaian, tata krama, cara makan, dan sebagainya. Tetapi
ia dapat keras dan terus terang jika mendapati soal-soal yang sangat penting
baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.
VIII. HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN DENGAN KEPRIBADIAN [12]
Menurut Raucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi faktor-faktor
biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor
biologis misalnya seperti : sistem syaraf, proses pendewasaan, dan kelainan
biologis lainnya. Sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur temperamen,
kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan, dan lain-lain. Dan yang
terakhir adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup kebiasaan-kebiasaan,
sikap, dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan
dengan orang lain. Ketiga faktor diatas adalah faktor yang dapat mempengaruhi
kepribadian.
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai dewasa selalu belajar dari
orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan mempunyai konsep kesadaran
tentang dirinya sendiri. Lama kelamaan perilaku-perilaku si anak akan menjadi
sifat yang nantinya menghasilkan suatu kepribadian. Berikut ini adalah beberapa
kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni :
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan.
Contoh : adat istiadat melamar di Lampung dan
Minangkabau. Di Minangkabau biaanya pihak perempuan yang melamar, sedangkan di
Lampung pihak laki-laki yang melamar.
2. Cara hidup di kota dan di desa berbeda (urban dan rural ways of life).
Contoh : perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan
seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan
berani untuk menonjolkan diri diantara teman-temannya, sedangkan anak desa
lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (sense of
value).
3. Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial.
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita
kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah, dan menengah. Misalnya : cara
berpakaian, pergaulan, bahasa sehari-hari, dan cara mengisi waktu senggang.
Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan
kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama.
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun
melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi.
Misalnya : kepribadian seorang dokter berbeda dengan
kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lainnya adalah seorang militer
mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungannya dengan tugas-tugasnya.
Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari
karya tulis yang telah saya buat dan disusun sedemikian rupa, sehingga
menghasilkan sebuah karya tulis yang membahas
tentang “Teori Kepribadian”. Yang dimana sama-sama kita semua ketahui
bahwa diberbagai macam atau jenis makalah yang berbeda-beda pembuatnya pastilah
akan ada bab penutup ini yang berisikan dua pokok pembahasan yaitu kesimpulan
dan saran dari makalah yang telah dibuat tersebut. Maka dari itu, makalah ini
juga memiliki sebuah kesimpulan dari semua isi makalah yang telah kami buat
ini. Kesimpulan dari makalah ini menurut pandangan kelompok kami yaitu definisi
dari kepribadian adalah ciri khusus yang terdapat pada seseorang sehingga orang
tersebut memiliki kelebihan dimata orang lain dan merupakan proses kedewasaan. Sebenarnya
pengertian atau definisi dari kepribadian itu sendiri terbagi menjadi dua
pendapat, yaitu definisi kepribadian yang diutarakan menurut kehidupan
sehari-hari dan definisi kepribadian yang diutarakan menurut psikologi.
Perbedaan dari kedua pendapat atau cara pandang yaitu :
·
Kalau
menurut cara pandang di kehidupan sehari-hari, kepribadian adalah ciri-ciri
watak seseorang individu yang konsisten.
·
Kalau
menurut cara pandang dari psikologi, ada banyak pengertian yang diungkapkan
para ahli tentang kepribadian.
Di
makalah ini selain adanya definisi yang dipaparkan atau dideskripsikan dengan
baik, adapula pembahasan yang lain selain definisi dari kepribadian. Pembahasan
di dalam makalah ini yaitu seperti : unsur-unsur dari kepribadian. Yang dimana
unsur-unsur kepribadian tersebut berisikan tentang pengetahuan, perasaan, dan
dorongan naluri. Selain unsur-unsur kepribadian, juga terdapat pembahasan
tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Yang
dimana terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian, yaitu faktor
internal dan eksternal. Lalu adapula pembahasan tentang macam-macam dari
kepribadian, yang dimana terdapat kepribadian yang dimiliki oleh individu,
kelompok, dan .
Lalu
bukan hanya terdapat pengertian atau definisi dari kepribadian saja yang
terdapat di dalam pembahasan makalah ini. Tetapi juga terdapat definisi dari
teori kepribadian, yang mana arti dari teori kepribadian itu sendiri adalah
sekumpulan anggapan atau konsep yang satu sama lainnya berkaitan mengenai
tingkah laku manusia. Lalu sebenarnya teori kepribadian memiliki
fungsi-fungsinya, yaitu fungsi prediksi dan fungsi deskriptif. Di dalam
kerpibadian terdapat berbagai macam teori yang selalu mendampingi keberadaan
dari kepribadian dan yang berisikan tentang hal-hal yang berbau kepribadian
masing-masing individu. Ada empat teori yang ada di dalam kepribadian yaitu :
·
Teori
psikoanalisa.
·
Teori
behavioristik.
·
Teori
akrualisasi diri atau humanistik.
Lalu
pembahasan yang terakhir di dalam makalah yang telah kami buat ini yaitu
hubungan antara kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing individu dengan
kebudayaan yang ada di kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://andriaditia56.blogspot.com/2013/05/teori-kepribadian-behavioristik-skinner.html.
Diakses
pada tanggal: 27 November 2013, jam : 10.55
WIB.
http://aryapramudya-gunadarma.blogspot.com/2012/03/hubungan-antara-manusia
dengan.html.
Diakses pada tanggal : 27 November 2013, jam : 11.19 WIB.
Koentjaranigrat.
Pengantar
Ilmu Antropologi. (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2009).
Koeswara, E. Teori-teori
Kepribadian. (Bandung : Eresco, 1991).
Yusuf , Syamsu. Teori
Kepribadian. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).
[11] http://andriaditia56.blogspot.com/2013/05/teori-kepribadian-behavioristik-skinner.html.
Diakses
Pada tanggal: 27 November 2013, jam : 10.55
WIB.
Diakses pada tanggal : 27 November 2013,
jam : 11.19 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar