Minggu, 23 Februari 2014

TEORI KEPRIBADIAN


TEORI KEPRIBADIAN

Karya tulis ini dibuat sebagai syarat pengajuan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)


Disusun Oleh :

Annahal Eleista                                   4915120350










JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

 

BIODATA PENULIS



Nama Lengkap                        : Annahal Eleista
NIM                                        : 4915120350
Fakultas/Jurusan                       : Ilmu Sosial/ Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Perguruan Tinggi                       : Universitas Negeri Jakarta
Tempat/tanggal lahir                  : Jakarta, 20 Juni 1995
Hobby                                     : Belajar, menulis, berbagi kecerian dengan teman-teman
No Tlp                                     : (021)4809331/085782420485
E-mail                                      : eleistaa@gmail.com
Alamat                                     : Jln. Agatis Perumahan Aneka Elok blok  D1 no 24, Penggilingan Cakung
  Jakarta Timur RT : 004/09 Kode Pos : 13940
Riwayat Pendidikan                  : SDN 06 Pagi Cakung Barat
                                                  SDN Percontohan Penggilingan 09 Pagi
                                                  SMPS Al-Wathoniah 9 Penggilingan
                                                  SMAN 11 Jakarta Timur
                                                  Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial, Pendidikan
  Ilmu Pengetahuan Sosial  2012.

                              

                                LEMBAR PENGESAHAN



Mengetahui


    Pembantu Dekan III                                             Kaprodi Pendidikan IPS



    Dr. Andy Hardiyanto                                                     Dr. Eko Siswono, M.Si
NIP. 197410212001121.001                                  NIP. 195033161983031004


Pemohon



Annahal Eleista
NIM  : 4915120350

 




KATA PENGANTAR




Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Teori Kepribadian”. Tujuan dibuatnya karya tulis ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk pengajuan beasiswa PPA.
Terima kasih saya ucapkan kepada penulis sumber karya pustaka dan sumber media internet yang dimana karya-karya tersebut telah saya gunakan dan juga telah saya analisa sebagai bahan dari makalah yang saya buat.
Saya menyadari tanpa adanya kerja sama penulis dari berbagai sumber yang kami gunakan karyanya, maka karya tulis yang saya buat tidak akan tersusun seperti sekarang ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak diatas.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi saya sebagai penulis dan juga dapat bermanfaat pula bagi para pembaca pada umumnya. Saya menyadari bahwa makalah ini tidaklah begitu sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca serta dari berbagai pihak yang bersifat membangun.



Jakarta, 23 Januari 2014


Annahal Eleista

DAFTAR ISI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

s

I.             LATAR BELAKANG

Kita semua sama-sama ketahui bahwa seluruh elemen dan berbagai hal yang ada di dunia ini merupakan hasil dan pemberian dari Allah SWT. Banyak sekali elemen atau materi yang ada di dalam dunia ini, baik itu elemen yang terlihat, tak terlihat, terjangkau, dan tak terjangkau. Salah satunya adalah seluruh makhluk hidup yang tinggal dan bernaung di planet Bumi ini. Beranekaragamnya makhluk hidup yang ada di bumi ini juga merupakan suatu hasil cipta dari sang maha kuasa. Makhluk hidup yang telah diciptakan, diberikan kehidupan, dan bernaung di bumi ini bermacam-macam jenisnya, yaitu organisme, manusia, hewan, dan tumbuhan. Dari berbagai makhluk hidup yang telah disebutkan diatas, pasti akan memiliki perbedaan yang mencolok satu sama lainnya. Kita hidup di dunia ini juga dikatakan sebagai salah satu dari berbagai makhluk hidup yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Kita disebut sebagai makhluk hidup bertipe manusia, yang mana tipe manusia ini adalah tipe makhluk hidup yang dapat dikatakan paling sempurna dibandingkan dengan tipe-tipe makhluk hidup lainnya. Kenapa saya katakan demikian?. Jawabannya adalah karena semua ciri-ciri yang dimiliki oleh seluruh manusia sangatlah berbeda dengan makhluk lainnya dan juga tipe manusia memiliki banyak kelebihan, yang dimana kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.
Sebelum bayi lahir ke dunia ini, Allah SWT telah memberikan berbagai macam hal kepada manusia pada saat di dalam kandungan atau rahim sang ibu. Ketika bayi telah lahir kedunia, maka secara otomatis bayi tersebut telah membawa beberapa gen dari sang ibu dan beberapa gen dari sang ayah. Gen yang sudah masuk di dalam diri bayi tersebut, maka lambat laun seiring dengan berjalannya waktu bayi tersebut pasti akan mengalami perkembangan dan gen yang ada di dalam bayi tersebut akan muncul perlahan-lahan. Maka dari itu, kita tak bisa dipungkiri bahwa bayi yang akan keluar dari rahim ibu pasti akan memiliki kemiripan yang sangat identik dengan hal-hal yang dimiliki oleh orang tuanya. Entah itu mirip akan paras wajah, postur tubuh, sifat atau kepribadiannya, hormon tubuh, dllnya.
Dalam pembahasan kali ini, kami lebih condong membahas tentang kepribadian dan teori-teori yang ada di dalam kepribadian. Sama-sama kita semua ketahui bahwa kepribadian merupakan salah satu hal yang pasti akan dimiliki oleh setiap manusia. Kepribadian yang dimiliki masing-masing orang akan berbeda, karena masing-masing orang memiliki gen yang berbeda-beda dan memiliki keluarga turun temurun yang berbeda pula. Kepribadian yang ada di dalam diri masing-masing individu juga dapat di pengaruhi oleh berbagai hal, baik itu dipengaruhi dari dalam maupun dari luar. Selain itu juga perkembangan kepribadian di dalam diri individu akan lebih dibahas di dalam teori-teori kepribadian, yang mana masing-masing teori memiliki para ahli tersendiri. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang kepribadian yang dimiliki dari masing-masing individu dan teori-teori yang ada di dalam kepribadian. Maka sangatlah tepat jika membaca makalah ini, karena makalah ini akan lebih membahas lebih dalam tentang kepribadian dan teori kepribadian. Judul untuk makalah ini sangatlah cocok untuk pembahasan ini yaitu “Teori Kepribadian”.

II.          RUMUSAN MASALAH


Di dalam makalah ini yang diberikan judul yaitu “Teori Kepribadian” terdapat beberapa rumusan masalah yang dituliskan di dalam bab pendahuluan ini. Rumusan  masalah tersebut yang akan disajikan sebuah sub poko pembahasan di dalam makalah ini. ada beberapa rangkaian rumusan masalah yaitu sebagai berikut ini :
1.      Menjelaskan tentang definisi atau pengertian dari kepribadian, baik itu definisi kepribadian menurut kehidupan sehari-hari ataupun menurut cara pandang para ahli psikologi.
2.      Menjelaskan tentang berbagai unsur yang terdapat di dalam kepribadian.
3.      Menjelaskan tentang berbagai macam yang ada di dalam kepribadian.
4.      Menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian.
5.      Menjelaskan tentang definisi dari teori kepribadian.
6.      Menjelaskan tentang fungsi-fungsi yang terdapat di dalam teori kepribadian.
7.      Menjelaskan tentang berbagai macam teori yang ada di dalam kepribadian, yaitu seperti teori eksistensialis, teori behavioristik, teori psikoanalisa, dan teori aktualisasi diri atau biasa disebut sebagai teori humanistik.
8.      Menjelaskan tentang hubungan kepribadian dengan kebudayaan.

III.      TUJUAN


Di dalam makalah yang telah kami susun secara sistematik dan telah kami buat berdasarkan topik judul yang diambil, terdapat beberapa tujuan dari makalah ini dan juga tujuan tersebut tertulis di dalam bab pendahuluan ini. Tujuan di buatnya makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Pembaca akan mengetahui tentang pengertian atau definisi dari kepribadian.
2.      Setelah membaca makalah ini, semua para pembaca akan mengetahui tentang berbagai macam unsur yang ada di dalam kepribadian.
3.      Menambah ilmu di dalam diri pembaca dari berbagai macam kepribadian yang ada di dalam diri masing-masing individu.
4.      Dapat menambah wawasan atau pengetahuan dari berbagai penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian di dalam diri seseorang.
5.      Setelah membaca makalah ini, maka semua para pembaca akan mengetahui tentang definisi atau pengertian dari teori kepribadian.
6.      Dapat mengetahui tentang berbagai fungsi yang ada di dalam teori kepribadian.
7.      Setelah membaca makalah ini, maka dapat menambah wawasan atau pengetahuan dari penjelasan tentang berbagai macam jenis teori yang ada di dalam kepribadian. Seperti : teori eksistensialis, teori behavioristik, teori psikoanalisa, dan teori aktualisasi diri atau teori humanistik.
8.      Dapat mengetahui tentang hubungan dari kepribadian dan kebudayaan.


 






BAB II

PEMBAHASAN

I.    PENDAHULUAN

Para ahli biologi dengan para ahli antropologi, psikologi, atau sosiologi akan sangat berbeda pendapatnya ketika disuruh meneliti tentang manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kenapa kami katakan  berbeda ?. Jawabannya adalah karena kalau para ahli dalam bidang biologi pastilah mereka akan meneliti tentang berbagai organisme yang dimiliki manusia (baik itu berupa jenis organ yang ada di dalam tubuh manusia, fungsi, dan manfaatnya dari masing-masing organ tersebut, dsb). Sedangkan kalau para ahli dalam bidang sosial, pasti mereka akan meneliti tentang pola tingkah laku dan tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya para ahli dalam bidang biologi juga dapat meneliti tentang pola kelakuan, tetapi sangatlah disayangkan kalau para ahli biologi hanya dapat meneliti tentang pola kelakuan yang dilakukan oleh binatang (seperti : kelakuan mencari makan, menghindari ancaman bahaya, mencari betina pada masa birahi, bersetubuh, mencari tempat untuk melahirkan, memelihara, dan melindungi keturunannya, dsb). Berbeda dengan para ahli dalam bidang sosial, yang dimana mereka dapat meneliti pola kelakuan, tingkah laku, atau tindakan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pola kelakuan atau tingkah laku yang dimiliki setiap individu lebih bersifat unik dan berbeda atau variasi. Sifat tersebut dapat muncul karena tingkah laku manusia dapat dipengaruhi dan ditentukan oleh sistem organ biologis, akal, dan jiwanya. Apabila seorang para ahli dalam bidang sosial yang berbicara tentang “pola kelakuan manusia”. Maka yang dimaksudnya adalah kelakuan yang dimiliki secara khusus di dalam diri manusia (seperti : kelakuan organisme manusia yang dapat ditentukan oleh naluri, dorongan refleks, atau kelakuan manusia yang tidak lag dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya) [1].

II.     DEFINISI KEPRIBADIAN

Istilah “kepribadian” (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti [2]. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam menyusun teori penelitian dan pengukurannya. Kiranya patut diakui bahwa diantara para ahli psikologi, belum ada kesepakatan tentang arti dan definisi kepribadian itu sendiri. Boleh dikatakan bahwa jumlah arti atau definisi dari kepribadian adalah akan sebanyak para ahli yang menafsirkan kata tersebut.
Pembahasan kita tentang definisi dari kepribadian akan dimulai dengan membahas pengertian kepribadian yang diungkapkan oleh orang awam atau definisi kepribadian yang diungkapkan secara umum yang telah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian setelah menjelaskan tentang definisi kepribadian yang secara umum, baru dilanjutkan dengan pembahasan tentang definisi kepribadian yang diungkapkan menurut psikologi.

A.  Definisi Kepribadian Menurut Pengertian Sehari-hari

Kata “personaity” dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin yaitu Persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peranannya. Pada waktu itu, setiap pemain sandiwara memainkan peranannya masing-masing harus sesuai dengan topeng yang ia kenakannya. Dari sini lambat laun kata persona (personality) berubah menjadi satu istilah yag mengacu kepada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, dimana kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu [3].
Disamping itu, kepribadian juga dapat dihubungkan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu. Contohnya : kepribadian suatu individu dappat dilihat dari pakaian atau atribut lain yang dikenakan olehnya. Dari hal diatas, maka dapat pula dikatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari bagaimana individu tampil di depan umum dan akan menimbulkan pendapat atau kesan bagi individu-individu lainnya yang berada disekitarnya.
Dalam bahasa populer atau bahasa kita sehari-hari, istilah dari kata “kepribadian” dapat diartikan sebagai ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten. Maksud dari perkataan diatas adalah bahwa memang seseorang pasti akan memiliki beberapa ciri watak yang diperlihatkannya dari sejak lahir hingga akhir hayatnya dan watak yang ditunjukkan di dalam kehidupan sehari-harinya akan bersifat konsisten atau konsekuen sehingga akan tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas yang ada dalam dirinya secara khusus dan berbeda dari individu-individu yang lainnya. Selain terdapat istilah yang mengatakan tentang berbagai hal dari kepribadian dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya adapula definisi dari kepribadian atau personality yaitu susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu. Dalam definisi yang telah disebutkan diatas tentang kepribadian tersebut masih sangatlah kasar sifatnya dan tidak banyak berbeda dengan arti yang diberikan pada konsep itu dalam bahasa sehari-hari. Di dalam pembahasan tentang kepribadian ini, akan terdapat di dalamnya pembahasan tentang konsep kepribadian dalam kehidupan sehari-hari. Yang dimana kita semua ketahui bahwa konsep di dalam kepribadian akan berkesinambungan dengan definisi kepribadian yang telah diungkapkan dimuka. Konsep dari kepribadian tersebut adalah suatu konsep yang demikian luas sehingga merupakan suatu konstruksi yang tidak mungkin dirumuskan dalam satu definisi yang tajam tetapi mencakup keseluruhan. Maka dari itu, cukuplah kiranya kalau untuk sementara kita pergunakan saja terlebih dahulu definisi yang masih kesar itu. sedangkan penggunaan definisi-definisi yang lebih tajam untuk analisis yang lebih mengkhusus dan mendalam, kita serahkan kepada para ahli psikologi.

B.  Definisi Kepribadian Menurut Psikologi

Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teori kepribadian yang terkemuka. Ada beberapa para ahli dalam bidang psikologi yang berpendapat tentang arti dari kepribadian yaitu sebagai berikut [4] :
1.    George Kelly.
Memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu yang mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
2.    Gordon Allport.
Mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu yang secara khas. Allport menggunakan istilah “psikofisik” dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya suatu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah “khas” yang digunakan oleh Allport dimuka memiliki sebuah arti bahwa setiap individu bertingkah laku dalam caranya sendiri, karena setiap individu pasti memiliki kepribadian sendiri. Tidak ada dua orang yang memiliki kepribadian dan bertingkah laku yang sama.
3.    Sigmund Freud.
Memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego, dan super ego. Menurutnya, tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi dari ketiga sistem kepribadian diatas.

III. UNSUR-UNSUR KEPRIBADIAN

Di dalam kepribadian terdapat beberapa unsur yang akan dijelaskan atau di deskripsikan di bawah ini yaitu sebagai berikut [5]:
A.      Pengetahuan.
Pengetahuan sebagai salah satu unsur kepribadian yang memiliki aspek-aspek yaitu diantaranya ada penggambaran (persepsi), apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi yang berada di alam sadar manusia. Walaupun demikian, diakui bahwa banyak pengetahuan atau bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang individu selama hidupnya itu, seringkali hilang dari alam akalnya yang sadar atau dalam kesadarannya karena berbagai macam sebab.
Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang atau lenyap begitu saja, melainkan hanya terdesak masuk saja ke dalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut “alam bawah sadar”. Pengetahuan individu dalam bawah sadar larut dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang seringkali tercampur satu sama lain dengan tidak teratur. Proses itu terjadi karena tidak ada lagi akal sadar dari individu bersangkutan yang menyusun dan menatanya dengan rapih walaupun terdesak ke alam bawah sadar, namun kadang-kadang bagian-bagian pengetahuan tadi mungkin muncul lagi di alam kesadaran dari jiwa individu tersebut.
Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya. Ada bermacam-macam hal yang dialami melalui penerimaan panca inderanya serta alat penerima atau reseptor organismenya yang lain, sebagai getaran eter (cahaya dan warna), getaran akuistik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (barat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin), dan sebagainya yang masuk ke dalam sel-sel tertentu di bagian-bagian tertentu dari otaknya.
Disana berbagai macam proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi yang menyebabkan berbagai macam getara dan tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang dipancarkan atau diproyeksikan oleh individu tersebut menjadi suatu penggambaran tentang lingkungan tadi. Seluruh proses akal manusia yang sadar tadi, dalam ilmu psikologi disebut “persepsi”. Penggambaran tentang lingkungan tersebut di atas berbeda dengan misalnya sebuah gambar foto yang secara lengkap memuat semua unsur dari lingkungan yang terkena cahaya sehingga merupakan suatu penggambaran yang terfokus pada bagian-bagian khusus tadi. Apabila individu tadi menutup matanya, maka akan terbayang dalam kesadarannya penggambaran yang berfokus dari alam lingkungan yang baru saja dilihatnya.
Bilamana penggambaran tentang lingkungan dengan fokus kepada bagian-bagian yang paling menarik perhatian seorang individu, diolah dalam akalnya dengan menghubungkan penggambaran tadi dengan berbagai penggambaran lain sejenis yang pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya dalam masa yang lalu yang timbul kembali sebagai kenangan atau penggambaran lama dalam kesadarannya. Penggambaran baru dengan pengertian baru seperti itu, dalam ilmu psikologi disebut “apersepsi”. Ada kalanya suatu apersepsi, setelah diproyeksikan kembali oleh individu menjadi suatu penggambaran yang berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-bagian yang menyebabkan individu tertarik dan lebih intensif memusatkan akalnya terhadap bagian-bagian yang khusus tadi. Penggambaran yang lebih intensif terfokus yang terjadi karena pemusatan akal yang lebih intensif dalam ilmu psikologi disebut “pengamatan”.
“Konsep” adalah penggambaran abstrak tentang bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten. Dengan proses akal itu, individu mempunyai suatu kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak yang sebenarnya dalam kenyataan tidak serupa dengan salah satu dari berbagai macam penggambaran yang menjadi bahan konkret dari penggambaran baru itu.
“Fantasi” adalah penggambaran tentang lingkungan individu yang ditambah-tambah dan dibesar-besarkan dan ada yang dikurangi serta dikecil-kecilkan pada bagian-bagian tertentu, ada pula yang digabung-gabungkan dengan penggambaran-penggambaran lain, menjadi penggambaran yang baru. Sama sekali yang sebenarnya tidak akan pernah ada dalam kenyataan. Contoh : menggambarkan ayam bertanduk atau anjing yang bisa berbicara dan sebagainya.
Kemampuan akal manusia untuk membentuk konsep serta kemampuannya untuk berfantasi sudah tentu sangat penting bagi manusia. Ini disebabkan karena tanpa kemampuan akal untuk membentuk konsep dan penggambaran fantasi, terutama konsep dan fantasi yang mempunyai nilai guna dan keindahan artinya kemampuan akal yang kreatif maka manusia tidak akan dapat mengembangkan cita-cita serta gagasan-gagasan ideal, manusia tidak dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, dan manusia tidak akan dapat mengkreasikan karya-karya keseniannya.

B.       Perasaan.
Koentjaraningrat (1986) menyatakan bahwa perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif atau negatif. Suatu perasaan yang selalu bersifat subyektif karena adanya unsur penilaian, yang biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa juga positif, artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan kepadanya, atau bisa juga negatif, artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya.
Alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan. Kalau orang pada suatu hari yang luar biasa panasnya melihat papan gambar reklame minuman es kelapa muda berwarna merah muda yang tampak segar dan nikmat, maka persepsi itu menyebabkan seolah-olah terbayang di mukanya suatu penggambaran segelas es kelapa muda yang dingin, manis, dan menyegarkan pada waktu hari sedang panas-panasnya, yang seakan-akan demikian realistiknya sehingga keluarlah air liurnya. Apersepsi seorang individu yang menggambarkan diri sendiri sedang menikmati segelas es kelapa muda tadi menimbulkan dalam kesadarannya suatu "perasaan" yang positif yaitu perasaan nikmat dan perasaan nikmat itu sampai nyata mengeluarkan air liur.
Sebaliknya kita dapat juga menggambarkan adanya seorang individu yang melihat sesuatu hal yang buruk atau mendengar suara yang tidak menyenangkan, mencium bau busuk dan sebagainya. Dugaan-dugaan atau persepsi seperti itu dapat menimbulkan kesadaran akan perasaan yang negatif, karena dalam kesadaran terkenang lagi misalnya bagaimana kita menjadi muak karena sepotong ikan yang sudah busuk yang kita alami di masa yang lampau. Apersepsi tersebut mungkin dapat menyebabkan kita menjadi benar-benar merasa muak apabila kita mencium lagi bau ikan busuk.
Suatu perasaan bisa berwujud menjadi kehendak, suatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, dan hal itu sering terjadi apabila hal yang dikehendaki itu tidak mudah diperoleh, atau sebaliknya. Suatu kehendak yang kuat/keras disebut dengan keinginan. Suatu keinginan juga bisa menjadi sangat besar, dan bila hal ini terjadi maka disebut dengan emosi.

C.      Dorongan Naluri.
Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya, dan khususnya dalam gen-nya (dirinya) sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia tersebut, disebut dorongan (drive).
Naluri yang terkandung dalam diri manusia sangat beragam (Koentjaraningrat, 1986), beberapa ahli memiliki perbedaan, namun mereka sepakat bahwa ada paling sedikit tujuh macam dorongan naluri, yaitu :
1.    Dorongan untuk mempertahankan hidup.
Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologi yang juga ada pada semua makhluk di dunia ini dan yang menyebabkan bahwa semua jenis makhluk mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi ini.
2.    Dorongan sex.
Dorongan ini malahan telah menarik perhatian banyak ahli psikologi, dan berbagai teori telah dikembangkan sekitar soal ini. Suatu hal yang jelas adalah bahwa dorongan ini timbul pada tiap individu yang normal tanpa terkena pengaruh pengetahuan, dan memang dorongan ini mempunyai landasan biologi yang mendorong makhluk manusia untuk membentuk keturunan yang melanjutkan jenisnya (regenerasi).
3.    Dorongan untuk usaha mencari makan.
Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak bayi pun manusia sudah menunjukkan dorongan untuk mencari makan, yaitu dengan mencari susu ibunya atau botol susunya, tanpa dipengaruhi oleh pengetahuan tentang adanya hal-hal itu tadi.
4.    Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia.
Dorongan ini memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif.
5.    Dorongan untuk meniru tingkah-laku sesamanya.
Dorongan ini merupakan sumber dari adanya beraneka warna kebudayaan di antara manusia, karena adanya dorongan ini manusia mengembangkan adat yang memaksanya berbuat konform dengan manusia sekitarnya.
6.    Dorongan untuk berbakti.
Dorongan ini mungkin ada dalam naluri manusia, karena manusia merupakan makhluk, yang hidup kolektif, sehingga untuk dapat hidup bersama dengan manusia lain secara serasi ia perlu mempunyai suatu landasan biologi untuk mengem bangkan rasa altruistik, rasa simpati, rasa cinta dan sebagainya, yang memungkinkannya hidup bersama itu. Kalau dorongan untuk berbagai hal itu diekstensikan dari sesama manusianya kepada kekuatan-kekuatan yang oleh perasaanya dianggap berada di luar akalnya, maka akan timbul religi.
7.    Dorongan akan keindahan.
Dalam arti keindahan bentuk, warna, suara, atau gerak. Pada seorang bayi dorongan ini sudah sering tampak pada gejala tertariknya seorang bayi kepada bentuk-bentuk tertentu dari benda-benda di sekitamya, kepada warna-warna cerah, kepada suara nyaring dan berirama, dan kepada gerak-gerak yang selaras. Beberapa ahli berkata bahwa dorongan naluri ini merupakan landasan dari suatu unsur penting dalam kebudayaan manusia, yaitu kesenian.

IV. MACAM-MACAM KEPRIBADIAN

Ada dua macam kepribadian yang ada di dalam masing-masing individu, yaitu sebagai berikut :
A.      Macam-macam kepribadian individu
Berbagai isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak, dan keinginan kepribadian, serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan keragaman struktur kepribadian pada setiap manusia. Oleh karena itulah kepribadian tiap individu sangat unik.
Dalam hal ini kepribadian seseorang terbentuk karena adanya materi yang menyebabkan tingkah laku berpola yaitu suatu kebiasaan (habit) dan berbagai macam materi yang menyebabkan timbulnya kepribadian (personality).

1. Jumlah individu

2. Kebiasaan (Habit)
3. Adat Istiadat (costoms)
4. Sistem Sosial (social system)
5. Kepribadian Individu (individual personality )
6. Kepribadian Umum (Modal Personality)
 






Dalam hal ini kepribadian menjadi dua unsur kajian keilmuan kepribadian individu dikaji dengan ilmu psikologi sedangkan kepribadian yang bersifat kelompok dikaji oleh ilmu antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainya. Seluruh gagasan, pengetahuan, dan konsep yang secara umum hidup atau dianut didalam masyarakat disebut adat istiadat. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkah laku masyarakat tingkah laku tersebut membentuk pola tindakan bagi sebagian masyarakat yangsaling berkaitan satu sama lain yakni disebut sistem sosial. Karena isi materi  merupakan  pengetahuan  dan perasaan seorang individu itu berbeda dengan individu lainya serta sifat dan intensitas kaitan antara berbagai macam bentuk pengetahuan dan perasaan pada setiap individu itu berbeda maka manusia memiliki kepribadian yang berbeda.
B.       Kepribadian umum
Para ahli etnografi abad 19 sebagian besar karya etografi mereka terdapat suatu deskripsi tentang watak atau kepribadian umum para masyarakat yang menjadi objek etnografi mereka deskripsi itu didapat berdasarkan pengalaman komunikasi dan interaksi mereka terhadap masyarakat sekitar para ahli antropologi saat itu sedang mengumpulkan data dan bahan tentang kebudayaan. Contoh dari kepribadian ini adalah :
·      Kebudayaan Bali
Ketika seorang ahli antropologi pada masa itu berinteraksi dan berkomunikasi pada masyarakat bali dan ia memiliki pengalaman-pengalaman meyenangkan maka biasanya kepribadian orang bali dideskripsikan pada etnografinya bahwa orang bali bersifat ramah, setia, jujur, dll. Sebaliknya apabila pengalamanya tidak menyenangkan dalam berinteraksi dan berkomunikasi maka hal tersebut mempunyai refleksi dalam etnografinya bahwa orang bali memiliki kepribadian yang bersifat judes, sombong, tidak setia, penipu, tidak bermoral.
Seiring berkembangnya pengetahuan antropologi pada sekitar tahun 1930 seorang ahli antropologi R. Linton mengembangkan suatu penelitian mengenai kepribadian umum. Ia dengan ahli psikologi mencari hubungan untuk mempertajam pengertianya mengenai konsep psikologi yang menyangkut kepribadian umum tersebut dan bersama-sama mereka mencari metode yang eksak untuk mengukurnya. Karena cara-cara mendeskripsikan kepribadian umum masyarakat pada suatu kebudayaan tidak bersifat ilmiah pada etnografi kuno itu. Dalam usahanya R. Linton bersama seorang ahli psikologi A. Kardiner mengadakan penelitian untuk pertama kalinya pada masyarakat dikepulauan marqueass dibagian timur polinesia, dan suku tanala dibagian timur pulau madagaskar. Dalam usahanya tersebut Linton bertindak sebagai pencari bahan etnografi sedangkan Kardiner menerapkan metode-metode psikologinya dan menganalisis data psikologinya. Hasilnya adalah sebuah buku yang berjudul The Individual and His-society (1938). Atas usahanya tersebut Linton dan kardiner menemukan kosep yang dinamakan kepribadian dasar atau basic personality structure, yang mengemukakan bahwa setiap individu memiliki kepribadian dasar yakni semua unsur kepribadian yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu dari suatu masyarakat itu mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama masa tumbuhnya.

VFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN

Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu : faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment).
A.      Faktor Genetika (Pembawaan)
Pada masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom dari ibu dan 23 kromosom dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat fisik dan psikis individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi potensi hereditas tersebut. Pengaruh gen terhadap kepribadian sebenarnya tidaklah secara langsung, tetapi lebih tepatnya pengaruh dari gen sebenarnya lebih ke secara tidak langsung yang ditentukan dari : kualitas sistem syaraf, keseimbangan biokoimia tubuh, dan struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah :
1.    Sebagai sumber bahan mentah kepribadian. Seperti fisik, intelegensi, dan temperamen.
2.    Membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan kepribadian.
Dalam kaitan ini Cattel dkk., mengemukakan bahwa : “kemampuan belajar dan penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifat-sifat yang inheren dalam organisme individu itu sendiri”. Misalnya : kapasitas fisik (perawakan, energi, kekuatan, dan kemenarikannya) dan kapasitas intelegtual (cerdas, normal, atau terbelakang). Meskipun begitu, batas-batas perkembangan kepribadian bagaimanapun lebih besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Contoh : seorang anak laki-laki yang tubuhnya kurus, mungkin akan mengembangkan “self concept” yang tidak nyaman. Jika dia berkembang dalam kehidupan sosial yang sangat menghargai nilai-nilai keberhasilan atletik, dan merendahkan keberhasilan dalam bidang lain yang diperolehnya. Sama halnya dengan wanita yang wajahnya kurang, dia akan merasa rendah diri apabila berada dalam lingkungan yang sangat menghargai wanita dari segi kecantikan fisiknya.
Ilustrasi diatas menunjukkan, bahwa hereditas sangat mempengaruhi “konsep diri” individu sebagai dasar individualitasnya, sehingga tidak ada orang yang mempunyai pola-pola kepribadian yang sama, meskipun kembar identik.
Menurut C.S. Hall, dimensi-dimensi temperamen : emosionalitas, aktivitas, agresivitas, dan reaktivitas bersumber dari plasma benih (gen) demikian halnya dengan intelegensi. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan menggunakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin (1970) mengemukakan penelitian-penelitian tersebut yaitu :
1.    Metode Sejarah (Riwayat) Keluarga.
Galton (1870) telah mencoba meneliti kegeniusan yang dikaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya manunjukkan bahwa kegeniusan itu berkaitan erat dengan keluarga. Temuan ini bukti yang mendukung teori hereditas tentang kegeniusan individu.
2.    Metode Selektivitas Keturunan.
Tryon (1940) menggunakan pendekatan ini dengan memilih tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”, dengan yang bodoh “dull”. Ketika tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan, ternyata keturunannya mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi normal.
3.    Penelitian terhadap Anak Kembar.
Newman, Freeman, dan Halzinger (1937) telah meneliti kontribusi hereditas yang sama terhadap tinggi dan berat badan, kecerdasan dan kepribadian. Mereka menempatkan 19 pasangan kembar identik dalam pemeliharaan yang terpisah, 50 pasangan kembar identik dalam pemeliharaan yang sama dan 50 pasangan kembar “fraternal” dalam pemeliharaan yang sama juga. Hasilnya menunjukkan bahwa kembar identik yang dipelihara terpisah memiliki kesamaan satu sama lainnya dalam tinggi dan berat badan, serta kecerdasannya. Demikian juga kembar identik yang dipelihara bersama-sama, ternyata lebih mempunyai kesamaan dari pada kembar “faternal”.
4.    Keragaman Konstitusi (Postur) Tubuh.
Hippocrates menyakini bahwa temperamen manusia dapat dijelaskan bardasarkan cairan-cairan tubuhnya. Kretsvhmer telah mengklasifikasikan postur tubuh individu pada tiga tipe utama, dan satu tipe campuran. Pengklasifikasian ini didasarkan pada penelitiannya terhadap 260 orang yang dirawatnya. Berikut ini adalah tipe pengklasifian tubuh menurut Kretschmer.
a.    Tipe Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut besar, dada dan bahunya bulat.
b.    Tipe Asthenis (Leptoshom) : tinggi dan ramping, perut kecil, dan bahu sempit.
c.    Tipe Atletis : postur tubuhnya harmonis (tegap, bahu lebar, perut kuat, otot kuat).
d.   Tipe Displastis : tipe penyimpangan dari tiga bentuk di atas [6].

B.       Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya sebagai berikut :
1.    Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama dalam pembentukan kepribadian anak. Kenapa bisa dikatakan seperti itu?. Alasannya adalah karena :
a.    Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifyikasi anak.
b.    Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
c.    Para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak.
Baldwin dkk. (1945), telah melakukan penelitian tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap kepribadian anak. Pola asuh orang tua itu ternyata ada yang demokratis dan juga authoritarian. Orang tua yang demokratis ditandai dengan perilaku :
a.    Menciptakan iklim kebebasan.
b.    Bersikap respek terhadap anak.
c.    Objektif.
d.   Mengambil keputusan secara rasional.

2.    Kebudayaan
Kluckhohn berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi kita untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk kita.
Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan sebagai faktor penentu kepribadian, muncul pertanyaan: Bagaimana tipe dasar kepribadian masyarakat itu terjadi? Dalam hal ini Linton (1945) mengemukakan tiga prinsip untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga prinsip tersebut adalah :
a.    Pengalaman kehidupan dalam awal keluarga.
b.    Pola asuh orang tua terhadap anak.
c.    Pengalaman awal kehidupan anak dalam masyarakat.

3.    Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di antaranya sebagai berikut :
a.    Iklim emosional kelas.
b.    Sikap dan perilaku guru.
c.    Disiplin.
d.   Prestasi belajar.
e.    Penerimaan teman sebaya [7].

VI. TEORI KEPRIBADIAN

A.     Definisi Teori Kepribadian.

Teori kepribadian sama hal nya dengan teori-teori lain yang terdapat dalam psikologi, yang dimana merupakan salah satu bagiannya sangatlah penting dan tidak dapat terabaikan kegunaannya. Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya teori kepribadian maka akan sulit untuk memahami tingkah laku manusia. Di dalam pembahasan ini, terdapat salah seorang para ahli yang mengutarakan pendapatnya tentang definisi dari Teori Kepribadian. Sang tokoh tersebut bernama Hall dan Lindzey (1970) yang mengemukakan tentang teori kepribadian. Menurutnya, teori kepribadian merupakan sekumpulan anggapan atau konsep yang satu sama lainnya berkaitan mengenai tingkah laku manusia [8].

B.     Fungsi Teori Kepribadian.

Di dalam berbagai teori tentang bidang atau hal apa saja pasti akan memiliki fungsi di dalamnya untuk seluruh para pembaca. Termasuk juga dengan teori kepribadian, yang mana teori ini juga memiliki fungsi di dalamnya. Fungsi-fungsi yang harus dimiliki oleh teori kepribadian adalah sebagai berikut [9]:
1.    Deskriptif : fungsi ini dapat menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasikan dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami oleh indiviudu secara sistematis.
2.    Prediktif : fungsi ini dapat menjadikan teori kepribadian bisa meramalkan perubahan-perubahan yang spesifik dari tingkah laku seseorang.

VII.     MACAM-MACAM TEORI KEPRIBADIAN.

Di dalam berbagai macam teori pasti akan memiliki sub-sub teori yang lebih menjelaskan tentang kepribadian seuai dengan pembahasan dari teori yang telah disahkan oleh para ahli dari berbagai teori-teori yang ada. Termasuk dengan teori di dalam kepribadian, terdapat berbagai macam jenis teori yang ada di dalam kepribadian. Dari macam-macam teori yang ada pasti akan memiliki para ahli yang menganut dan membahas tentang teori tersebut. macam-macam teori yang ada di dalam kepribadian yaitu sebagai berikut :

A.  Teori Psikoanalisa : Sigmund Freud (1856-1939).

Teori kepribadian psikoanalisa ini dikembangkan oleh Dr. Sigmund Freud atau biasa dipanggil dnegan sebutan Freud, ia adalah seorang psikiater dari Austria. Teori ini sering sekali disebut sebagai aliran Freud (Freudian School). Teori Kepribadian Psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.
Teori psikoanalisa ini lebih mengutamakan tentang pentingnya proses ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan. Sebagai contoh : anda tidak akan sadar mengenai otak anda yang memroses informasi visual yang masuk di dalamnya. Anda juga tidak sadar mengenai otak anda yang mengarahkan fungsi-fungsi dasar metabolisme anda seperti pernafasan, denyut jantung, atau pencernaan. Fungsi-fungsi ini bekerja dalam tingkat yang tidak disadari oleh kita.
Freud mengatakan bahwa kepribadian dasar kita dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan manusia. Lalu freud juga berpendapat bahwa “pemuasan kebutuhan pada manusia di dasarkan kepada instingnya, berfokus pada kebutuhan seksual dari dalam diri (libido seksual), kesenangan, dan fantasi-fantasi yang menyenangkan”. Di dalam pemikiran Freud terdapat tiga level tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran yang dimiliki tiap diri seseorang terdapat di dalam pembahasan struktur kepribadian. Menurut Freud, tiga level tingkat kesadaran yaitu dapat dijabarkan di bawah ini :
1.    Conscious Mind (alam sadar) : kesadaran sebagai penghubung dengan kehidupan sehari termasuk pengalaman dan persepsi yang mana kita sadar terhadap kejadian tertentu.
2.    Preconscious Mind (ambang kesadaran) : terdiri dari memori-memori yang tidak hanya ada di kesadaran, namun dapat dengan mudah dibangkitkan ke kesadaran dan dikembalikan ke ketidaksadaran bila dibutuhkan.
3.    Unconscious Mind (alam bawah sadar)  : menyimpan motif-motif instingtual yang primitif dan memori dan emosi yang sangat tenang.
Menurut Freud, selain terdapat tiga level tingkat kesadaran di dalam teori psikoanalisa tetapi adapula tiga komponen yang ada di dalam diri manusia. Yang mana ketiga komponen tersebut merupakan bagian dari struktur kepribadian dalam teori psikoanalisa. Komponen-komponen tersebut dapat dikatakan sebagai model atau unsur dari kepribadian yang ada di dalam teori psikoanalisa ini. Ketiga model atau unsur yang ada di dalam teori psikoanalisa ini dapat di deksripsikan pada pembahasan di bawah ini yaitu sebagai berikut :
1.    Id (Das Es)
Id merupakan sistem kepribadian yang paling dasar, yang dimana di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Selain itu id juga dapat dikatakan sebagai Dorongan kebutuhan dari dalam diri manusia, baik itu kebutuhan emosional, fisik, maupun kebutuhan seksualnya yang sifatnya selalu ingin dipuaskan (here and now) dan biasanya berhubungan dengan kesenangan yang harus dipenuhi dan sesegera mungkin (pleasure principles). Contoh : pada bayi yang baru lahir sangat dikuasai oleh id. Bayi yang menangis ketika lapar dan ingin sesegera mungkin dipenuhi kebutuhan akan rasa laparnya tersebut tanpa mau tahu bagaimana ia akan mendapatkan makanan atau susunya tersebut.
2.    Ego (Das Ich)
Unsur ini dapat dikatakan unsur yang rasional, karena manusia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri, memiliki berbagai macam ide untuk bagaimana caranya dapat terpenuhi kebutuhannya, memiliki prinsip yang berdasarkan kenyataan (reality principle) dimana manusia belajar untuk menahan id-nya dengan jalan yang tepat dan memiliki pandangan yang lebih realistik untuk memenuhi kebutuhan di dalam dirinya. Contoh : rina berumur 15 tahun, lalu rina pada saat itu dia sedang lapar. Maka dengan umur yang segitu, otomatis rina akan dapat membuat makanan sendiri dengan berbagai ide-ide yang ada di dalam pemikirannya. Dari hal itulah maka kepuasan rina dalam hal lapar sudah terpenuhi secara rasional. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dari ego adalah :
·      Ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id.
·      Seluruh energy (daya) ego berasal dari id.
·      Peran utama memenuhi kebutuhan id dan lingkungan sekitar.
·      Ego bertujuan untuk mempertahankan kehidupan individu dan pengembanbiakannya.
3.  Super Ego (Das Ueber Ich)
Adanya norma-norma, moral, aturan-aturan yang berlaku, yang dimana hal tersebut bersifat evaluatif dan memiliki penjelasan tentang hal yang benar dan yang salah guna membantu sang ego untuk menahan sang id. Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari superego adalah sebagai berikut :
·       Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
·       Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.
·       Mendorong individu kepada kesempurnaan.
Pada teori psikoanalisa ini Freud membagi tahapan-tahapan perkembangan kehidupan manusia menjadi lima, yaitu sebagai berikut [10]:
1.    Fase Oral (0-1 tahun)
Adalah masa dimana kepuasan, baik fisik dan emosional berfokus pada daerah sekitar mulut. Kebutuhan akan makanan adalah kebutuhan yang paling penting untuk faktor fisik dan emosional yang sifatnya harus segera dipuaskan. Dimasa ini id dan pemenuhan kebutuhan sesegera mungkin berperan sangat dominan.
2.    Fase Anal (1-3 tahun)
Adalah masa dimana sensasi dari kesenangan berpusat pada daerah sekitar anus dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Pada masa inilah anak mulai dikenalkan dengan “toilet training”, yaitu anak mulai diperkenalkan tentang rasa ingin buang air besar atau kecil. Anak diperkenalkan dan diberi pembiasaan tentang kapan saatnya dan dimana tempatnya untuk buang air besar atau kecil dan juga mengeliminasi kebiasaan-kebiasaan anak yang kurang tepat dalam hal BAB dan BAK, misalnya BAB  atau BAK di celana. Contoh : ketika anak sudah menunjukkan gejala atau bahas tubuh tentang BAB atau BAK, orang tua atau orang dewasa segera mengantarkan anak ke kamar kecil, perilaku ini dilakukan berulang-ulang dan konsisten.
3.    Fase Phalic (3-6 tahun)
Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital. Tingkah laku anak pada tahap ini yaitu usia tiga sampai lima tahun banyak ditandai oleh bekerjanya kompleks Oedipus. Kompleks Oedipus meliputi kateksis seksual terhadap orang tua yang berlainan jenis serta kateksis permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya sedangkan anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya. Perasaan-perasaan ini menyatakan diri dalam khayalan pada waktu anak melakukan masturbasi dan dalam bentuk pergantian antara sikap cinta dan sikap melawan terhadap kedua orang tuanya. Tahap-tahap oral, anal, dan phalik, disebut dengan tahap-tahap pragenital.
4.    Fase Latensi (6-12 tahun)
Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi, seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya. Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar).
5.    Fase Genital (masa dewasa)
Kateksis-kateksis dari masa-masa pragenital bersifat narsisistik. Hal ini berarti bahwa individu mendapatkan kepuasan dari stimulasi dan manipulasi tubuhnya sendiri sedangkan orang-orang lain dikateksis hanya karena membantu memberikan bentuk-bentuk tambahan kenikmatan tubuh bagi anak. Selama masa adolesen, sebagian dari cinta diri atau narsisisme ini disalurkan ke pilihan-pilihan objek yang sebenarnya.
Kateksis-kateksis pada tahap-tahap oral, anal, dan phalik lebur dan di sistensiskan dengan impuls-impuls genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu. Meskipun demikian Freud membedakan empat tahap perkembangan kepribadian, namun ia tidak mengasumsikan bahwa terdapat batas-batas tajam atau transisi-transisi yang mengejutkan dalam peralihan dari satu tahap ke tahap yang lain. Bentuk akhir organisasi kepribadian menurut hasil sumbangan dari keempat tahap itu.
B.  Teori Behaviorisme : B. F. Skinner [11].

·      Asumsi Dasar Behavioristik
Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, dimana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah. Asumsi dasar dari Behavioristik adalah sebagai berikut :
1.    Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (Behavior is lawful).
Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain. (Alwisol,2005:400). Tingkah laku merupakan hasil pengaruh timbal balik dari variable-variabel tertentu yang dapat diidentifikasikan, yang sepenuhnya menentukan tingkah laku. Tingkah laku individu seluruhnya merupakan hasil dari dunia objektif. (A.Supratiknya,1993:317-318). Asumsi bahwa seluruh tingkah laku berjalan menurut hukum jelas mengandung implikasi tentang kemungkinan mengontrol tingkah laku. Skinner tidak banyak tertarik pada aspek-aspek tingkah laku yang sangat sukar berubah, misalnya aspek-aspek tingkah laku yang terutama dikuasai oleh warisan hereditas. (A.Supratiknya,1993:320)
2.      Tingkah laku dapat diramalkan (Behavior can be predicted).
Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya mengenai peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
3.      Tingkah laku dapat dikontrol (Behavior can be controlled).
Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan/membentuk tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tau bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi Skinner sangat berkeinginan memanipulasinya. Skinner menganggap kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia-keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia merupakan bukti kebenaran suatu teori. Lebih penting lagi tingkah laku manusia harus dikontrol karena Skinner yakin manusia telah merusak dunia yang di tinggalkannya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik analisis fungsional tingkah laku (functional analysis of behavior): suatu analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimulus atau kondisi tertentu. Menurutnya analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkah laku sebagaian besar berada di event antesedennya atau berada di lingkungan. Skinner yakin bahwa tingkah laku dapat diterangkan dan dikontrolkan semata-mata dengan memanipulasi lingkungan dimana organisme yang bertingkah laku itu berada.
·      Struktur Kepribadian Behavioristik
Skinner adalah tokoh yang tidak tertarik dengan struktural dari kepribadian. Menurutnya, mungkin dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan dan memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian, tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah lingkungan. Jadi Skinner lebih tertarik dengan aspek yang diubah-ubah dari kepribadian alih-alih aspek struktur yang tetap.
Skinner memusatkan diri pada tingkah laku yang dapat diubah. Karena itu, ia kurang tertarik pada ciri-ciri tingkah laku yang tampaknya relative tetap. Prediksi dan penjelasan bisa dicapai lewat pengetahuan tentang aspek-aspek kepribadian yang bersifat tetap dan dapat diubah. Tetapi kontrol hanya bisa dicapai lewat modifikasi; kontrol mengimplikasikan bahwa lingkungan dapat diubah untuk menghasilkan pola-pola tingkah laku yang berbeda. Akan tetapi Skinner tidak pernah menyatakan bahwa semua faktor yang menentukan tingkah laku ada dalam lingkungan.
Skinner juga mengakui bahwa sejumlah tingkah laku memiliki dasar genetik semata-mata, sehingga pengalaman tidak akan berpengaruh terhadap tingkah laku itu. Skinner melihat persamaan antara dasar hereditas atau bawaan dan dasar lingkungan dari tingkah laku, Skinner mengemukakan bahwa proses evolusi membentuk tingkah laku spesies yang bersifat bawaan sama seperti tingkah laku-tingkah laku individu yang dipelajari dibentuk oleh lingkungan.

Unsur kepribadian yang dipandang Skinner relative tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tipe tingkah laku :
1.    Tingkah laku responden (respondent behavior).
Respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon reflex termasuk dalam komponen ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu ditanya guru, atau merasa malu waktu dipuji.
2.    Tingkah laku operan (operant behavior).
Respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadi proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru. Dalam memformulasi sistem tingakah laku, Skinner membedakan dua tipe respons tingkah laku yakni responden dan operan. Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang dikenal, dan stimulus itu selalu mendahui respon. Contoh tingkah laku respoden itu anatara lain menggigil karena kedinginan, stimulus udara dingin, sedangkan responnya adalah menggigil. Pada tingakah laku responden juga bisa dilihat bahwa stimulus yang sama akan menimbulkan respons yang sama pada semua organisme dari species yang sama, serta tingkah laku responden  itu biasanya menyertakan refles-refleks yang melibatkan sistem otonom. Skinner tidak yakin bahwa porsi utama dari tingkah laku manusia terdiri dari refles-refleks sederhana ataupun respons-respons yang diperoleh melalui pengkondisian klasik. Sebaliknya Skinner yakin bahwa tingkah laku manusia itu sebagian besar terdiri dari respon-respon kategori kedua, yakni tingkah laku operan. Tingkah laku operan menurut Skinner diperoleh melalui pengkondisian operan atau instrumental, ditentukan oleh kejadian yang mengikiti respons. Artinya dalam tingkah laku operan konsekuensi atau hasil dari tingkah laku akan menentukan kecenderungan organisme untuk mengulang ataupun menghentikan tingkah lakunya itu dimasa yang akan datang. Jika hasil yang diperoleh oraganisme melalui tingkah lakunya itu positif, maka organisme akan mengulang ataupun mempertahankan tingkah lakunya itu. Sebaliknya jika hasil dari tingkah laku itu negative, maka tingkah laku tersebut oleh oraganisme akan dihentikan atau tidak diulang.  Untuk memperjelas pemahaman mengenai tingkah laku operan, kita bisa mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari berupa pengkondisian operan dari tingkah laku atau respons menangis pada anak kecil.
Konsep perkuatan yang digunakan dalam pengkondisian operan ini menduduki peranan kunci dalam teori Skinner. Skinner mengemukakan bahwa ia menemukan kemungkinan menggunakan jadwal-jadwal perkuatan tidak tetap secara kebetulan, yakni sebagai hasil dari penyelesaian kesulitan praktis yang dihadapinya. Jadwal perkuatan semacam ini, yang disebut perkuatan sinambung, bisa digunakan pada permulaan pengkondisian operan. Menurut Skinner variabilitas intensita tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada variable lingkungan. Konsep motivasi yang menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab semacamnya.
·      Dinamika Kepribadian Behavioristik

1.    Kepribadian dan Belajar
Kepedulian utama dari Skinner adalah mengenai perubahan tingkah laku. Jadi hakikat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kehidupan terus-menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru, dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari. Dia yakin bahwa kepribadian dapat difahami dengan mempertimbangkan pertimbangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan, suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa yang akan datang. Konsep dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu.
2.    Generalisasi dan Deskriminasi Stimulus
Generalisasi stimulus adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan diskriminasi stimulus adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat. Generalalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana belajar, karena kalau keduanya tidak ada, orang tidak belajar sama sekali. Kita selalu belajar dari permulaan, dan kita terus menerus akan belajar tingkah laku baru kalau tidak ada generalisasi, karena tidak ada orang yang dapat berada dalam situasi yang sama persis dan melakukan respon yang sama persis pula.
Menurut Skinner, generalisasi stimulus itu memiliki arti penting bagi integritas tingkah laku individu. Tanpa adanya generalisasi stimulus, tingkah laku  individu akan terbatas dan tidak terintegritas, yang menyebabkan individu tersebut harus selalu mengulang-ulang pembelajarannya, bagaiman bertingkah laku secar layak. Disamping generalisasi stimulus, menurut Skinner individu mengembangkan tingkah laku adaptif atau penyesuaian diri melalui kemampuan membedakan atau diskriminasi stimulus. Deskriminasi stimulus merupakan kebalikan dari generalisasi stimulus, yakni suatu proses belajar bagaimana merespons secara tepat terhadap berbagai stimulus yang berbeda. Menurut Skinner, kemampuan mendiskriminasikan stimulus itu pada setiap orang tidaklah sama.
3.    Tingkah Laku Kontrol Diri
Prinsip dasar pendekatan Skinner adalah: Tingkah laku disebabkan dan dipengaruhi oleh variable eksternal. Tidak ada sesuatu dalam diri manusia, tidak ada bentuk kegiatan internal, yang mempengaruhi tingkah laku. Namun betapapun kuatnya stimulus dan penguat eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses kontrol diri. Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan dalam diri, tetapi bagaimana diri mengontrol variable-variabel luar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku tetap ditentukan oleh variable luar, namun dengan cara kontrol diri berikut, pengaruh variable itu dapat diperbaiki-diatur atau dikontrol.
·      Pendekatan Psikologi Skinner dalam Teori Kepribadian Behavioristik
Skinner menegaskan bahwa teori-teori tentang tingkah laku manusia sering memberikan ketentraman yang keliru kepada para ahli psikologi mengenai pengetahuan mereka bilamana dalam kenyataannya mereka tidak memahami kaitan antara tingkah laku yang muncul dengan peristiwa yang terjadi (antesenden-antesenden) dilingkungannya. Dalam pembahasan ini, Skinner akan dihadirkan sebagai seorang tokoh psikologi pengembang teori, dengan pendekatan pembelajaran behavioristik sebagai ciri yang utama :


1.    Tentang Otonomi Manusia
Skinner amat menentang anggapan mengenai adanya “agen internal” dalam diri manusia yang menjadikan manusia menjadi otonom atau kemandirian dalam bertingkah laku. Keberadaan “manusia otonom” itu tergantung pada pengetahuan kita, dan dengan sendirinya akan kehilangan status dan tidak diperlukan lagi apabila kita telah mengetahui banyak tentang tingkah laku. Menurut Skinner kita tidak perlu mencoba untuk menemukan apa itu kepribadian, keadaan jiwa, perasaan, sifat-sifat, rencana, tujuan, sasaran, atau prasyarat-prasyarat lain dari manusia otonom dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai tingkah laku manusia.
Menurut Skinner, manusia adalah kotak tertutup, dan seluruh variable yang mengantarai tingkah laku dan outpu-output tingkah laku harus dikesampingkan dari penyelidikan psikologi. Menurut Skinner penguraian yang memadai  bisa dilakukan tanpa bantuan sejumlah konstruk selain kaitan-kaitan fungsional antara stimulus-stimulus dan respons-respons tingkah laku yang secara terbuka diungkapkan oleh individu. Menurut Skinner kejadian-kejadian internal merupakan bagian yang bisa diterima dalam psikologi sejauh kejadian-kejadian internal itu bisa dieksternalisasi dan diukur secara objektif.
2.    Penolakan Atas Penguraian Fisiologis-Genetik
Penolakan Skinner atas penguraian atau konsepsi-konsepsi fisiologis-genetik dari tingkah laku itu sebagian besar berlandaskan alasan bahwa penguraian semacam itu tidak memungkinkan kontrol tingkah laku. Menurut Skinner, bisa dilihat bahwa sejumlah aspek tingkah laku berkaitan dengan waktu kelahiran, tipe tubuh, atau konstitusi genetik , fakta tersebut terbatas kegunaannya. Keterangan fisiologis-genetik itu boleh jadi membantu kita dalam analisis eksperimental atau pengendalian praktis, sebab kondisi fisiologis-genetik itu tidak bisa dimanipulasi. Jadi Skinner tidak menolak adanya unsur fisiologis-genetik (kebutuhan dan keturunan) dalam tingkah laku, melainkan mengabaikannya disebabkan unsur-unsur tersebut tidak bisa dimanipulasi atau dikendalikan dalam eksperimen.
3.    Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Tingkah Laku
Dalam pendekatannya terhadap studi tentang manusia, Skinner beranggapan bahwa seluruh tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa kedalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Dengan tegas Skinner menolak anggapan bahwa manusia adalah makhluk yang bebas berkehendak, atau anggapan bahwa tingkah laku bisa muncul tanpa sebab. Manusia dengan sistem-sistemnya, adalah mesin yang rumit. Bagi Skinner, ilmu pengetahuan tentang tingkah laku manusia, yakni psikologi, pada dasarnya tidak berada dengan ilmu pengetahuan lainnya yang berorientasi kepada data. Tujuan ilmu-ilmu pengetahuan itu sama, yakni meramalkan dan mengendalikan fenomena yang dipelajari (dalam psikologi Skinner, fenomena yang dipelajari adalah tingkah laku yang nampak).
Dengan pendekatan behavioristiknya, Skinner mempertahankan analisis fungsional atas tingkah laku organisme. Dengan analisis fungsional, seorang ahli didorong untuk membentuk kaitan yang pasti, nyata, dan dapat diperinci anatara tingkah laku organisme yang dapat diamati (respons) dan kondisi-kondisi lingkungan (stimulus) yang menentukan atau mengendalikannya.
4.    Kepribadian Menurut Perspektif Behaviorisme
Sebagaimana telah kita ketahui, Skinner tidak menerima gagasan mengenai kepribadian (personality) atau diri (self) sebagai pendorong atau pengarah tingkah laku. Skinner menyebutkan gagasan semacam itu sebagai sisa dari animisme primitive.  Dari perspektif bahaviorisme Skinner, studi tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu. Menurut Skinner individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Selanjutnya bagi Skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya.
·      Perkembangan Kepribadian Behavioristik
Sebagian besar teori Skinner adalah tentang perubahan tingkah laku, belajar, dan modifikasi tingkah laku, karena itu dapat dikatakan bahwa teorinya yang paling relevan dengan perkembangan kepribadian. Bersama dengan banyak teoritikus, Skinner yakin bahwa pemahaman tentang kepribadian akan tumbuh dari tinjauan tentang perkembangan tingkah laku manusia dalam interaksinya yang terus menerus dengan lingkungan. Konsep kunci dalam sistem Skinner adalah prinsip perkuatan, maka pandangan Skinner seringkali disebut teori perkuatan operan.
Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berubah, lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam merespon. Urutan kemasakan fungsi fisik yang bersifat universal sesungguhnya memungkinkan penyusunan periodesasi perkembangan kepribadian, namun tidak dilakukan Skinner karena dia memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku.  Peran lingkungan yang dominan dalam perkembangan oraganisme, digambarkan secara ekstrim oleh Watson sebagai pakar behavioris.
Keistimewaan kelompok respon ini menyebabkan Skinner memakai istilah “operan”. Operan adalah respon yang beroperasi pada lingkungan dan mengubahnya. Perubahan dalam lingkungan selanjutnya mempengaruhi terjadinya respon tersebut pada kesempatan berikutnya. Skinner menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa kepribadian tidak lain adalah kumpulan pola tingkah laku, Skinner yakin kita dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan perkembangan-perkembangan ini dengan melihat bagaimana prinsip perkuatan mampu menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan tahap respon-responnya dimasa lalu. Jadwal perkuatan juga dapat dibentuk dengan mengabaikan faktor waktu dan banyaknya hadiah yang diperoleh itu semata-mata tergantung pada tingkah lakunya sendiri.
Skinner yakin bahwa pemerkuat-pemerkuat terkondisi atau pemerkuat-pemerkuat sekunder sangat penting untuk mengontrol tingkah laku manusia. Perkuatan terkondisi merupakan suatu konsep eksplanatorik atau penjelasan yang sangat bisa diandalkan. Jadi, pengertian tentang perkuatan terkondisi adalah penting dalam sistem Skinner, dan seperti akan kita liat bahwa Skinner menggunakannya secara efektif untuk menjelaskan dipertahankan atau terpelihara banyak respon yang terjadi sebagai bagian dari tingkah laku sosial kita.
Pengertian tentang Generalisasi stimulus juga penting dalam sistem Skinner, sebagaimana pengertian itu penting dalam semua teori kepribadian yang berasal dari belajar. Skinner tidak merumuskan generalisasi stimulus maupun deskriminasi stimulus dalam arti proses perseptual atau proses internal lainnya. Skinner merumuskan masing-masing konsep itu sebagai hasil-hasil pengukuran respon dalam situasi eksperimental yang dikontrol secara cermat. Kebanyakan aspek kepribadian muncul dalam suatu konteks sosial, dan tingkah laku sosial merupakan ciri penting tingkah laku manusia pada umumnya. Satu-satunya ciri tingkah laku sosial adalah fakta bahwa Skinner melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih. Selain itu, tingkah laku sosial tidak dipandang berbeda dari tingkah laku lainya, sebab Skinner yakin bahwa prinsip-prinsip yang menentukan perkembangan tingkah laku dalam suatu lingkungan yang terdiri dari benda-benda hidup.
·      Aplikasi Teori Kepribadian Behavioristik

1.    Tingkah Laku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkah laku normal. Konsep implus id yang tertekan, krisis identitas, konflik ego-superego adalah penjelasan yang menghayal. Kelainan tingkah laku itu adalah kegagalan belajar memebuat seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
o  Kekurangan tingkah laku (behavior deficit) : tidak memiliki respertoir respon yang dikehendaki karena miskin reinforsemen.
o Kesalahan penguatan (schedule reinforcement error) : pilihan responnya tepat, tetapi reinforsemen diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
o  Kesalahan memahami stimulus (failure in discriminating stimulus) : sering terjadi pada penderita skizoprenik dan psikotik lainnya, yaitu orang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan hukuman dan yang salah dihubungkan dengan reinforsemen. Alibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
o  Merespon secara salah (inapropiate set of response) : terkait dengan ketidak mampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon yang salah karena justru respon itu yang mendapat reinforsemen.
C.  Teori Aktualisasi Diri (Humanistik) : Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York pada tanggal 1 April 1908. Semua gelar psikologinya diperoleh dari Universitas Wisconsin. Maslow menyebut dirinya sebagai orang yang berpandangan humanistik dalam psikologi. Pandangannya tentang manusia positif dan optimistik. Ia yakin bahwa manusia pada dasarnya baik, memunyai potensi-potensi yang tak terukur untuk mencapai puncak tertinggi. Tingkat-tingkat kebutuhan salah satu sumbangan penting Abraham Maslow bagi psikologi modern adalah teorinya tentang aktualisasi diri (self actualization). Pebahasan tentang aktualisasi diri tidak bisa dilepaskan dari teori Maslow tentang tingkat-tingkat kebutuhan. Menurut Maslow, kebutuhan-kebutuhan itu adalah faktor-faktor yang mendorong (memotivasi) orang untuk melakukan perbuatan. Kebutuhan tingkat pertama berupa kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan seperti makan, minum, dan hubungan seksual. Tingkat kedua berupa kebutuhan akan rasa aman (sefety needs), dimana orang bisa bebas melakukan aktivitasnya tanpa terganggu oleh ancaman-ancaman yang dapat menincar keselamatannya. Tingkat ketiga adalah kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta (social needs). Pada tingkat ini, orang butuh untuk mengikatkan dirinya pada kelompok sosial tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tersebut. Tingkat  keempat adalah kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kelima adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dapat diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat, potensi, serta penggunaan semua kualitas dan kapasitas secara penuh. Karena aktualisasi adlaah kebutuhan yang paling tinggi, maka ia menjadi kebutuhan yang paling rendah prioritasnya. Orang harus memenuhi keempat kebutuhan di bawahnya untuk merasa butuh akan aktualisasi diri. Karena itu, menurut Maslow sangat sedikit di dunia ini orang yang sudah mencapai tahap aktualisasi diri, kurang dari satu persen dari seluruh manusia yang ada di bumi.
Ø Sifat-sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri
Untuk mencapai tingkat aktualisasi diri, orang harus sudah memenuhi empat kebutuhan sebelumnya. Ia jangan lagi direpotkan oleh masalah mencari makan, jangan lagi hiraukan ancaman keamanan dan penyakit, memiliki teman yang akrab dan penuh rasa cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia bebas dengan neuroris, psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal usia, orang yang mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang setengah tua atau lebih tua. Maslow bahkan menyebut usia 60 tahun atau lebih, sebab orang setua ini sudah mencapai taraf kematangan (sudah hampir selesai), dalam artian tidak akan atau sulit untuk berubah lagi. Sifat-sifat berikut ini merupakan manifestasi dari meta kebutuhan yang telah dipaparkan diatas, yang mana sifat-sifat ini akan berorientasi secara lebih realistik  di dunia nyatanya. Inilah sifat-sifat paling umum dari orang yang teraktualisasi yaitu :
1.    Ia mampu mengamati obyek-obyek dan orang-orang disekitarnya secara objektif.
Maslow menyebutkan persepsi objektif ini Being-cognition. Suatu bentu pengamatan pasif dan represif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia melihat dunia secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap emosional.
2.    Penerimaan umum atas kodrat, orang lain, dan diri sendiri.
Orang yang teraktualisasi akan menerima dirinya, kelemahannya, dan kekuatannya tanpa keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi di balik topeng-topeng atau peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran, rendah hati, dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu segala-galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.
3.    Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran.
Dalam semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Ia tidak harus menyembunyikan emosi-emosinya, tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut secara jujur dan wajar. Seperti : anak kecil, yang dimana kadang orang yang teraktualisasi akan terlihat terlalu lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian, takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu semua dilakukannya secara apa adanya tanpa dibuat-buat.
4.    Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri sendiri.
Orang yang teraktualisasi diri tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ia menganggap kegagalan itu sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam setiap kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak menjadikannya mundur dan menganggap dirinya tidak mampu. Dicobanya lagi memecahkan masalah dengan penuh kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikannya.
5.    Memiliki kebutuhan akaan privasi dan independensi.
Orang yang mengaktualisasikan diri memiliki kebutuhan yang kuat untuk memisahkan diri dan mendapatkan suasana kesunyian atau suasana yang menditatif. Ia butuh saat saat tertentu untuk tidak terganggu oleh adanya orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya sendiri.
6.    Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik.
Orang yang mengaktualisasikan diri sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.
7.    Apresiasi yang senantiasa segar.
Orang yang teaktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Bulan yang bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan hal-hal biasa lainnya selalu dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang baru pertama kali baginya. Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya selalu bergairah tanpa kebosanan.
8.    Mengalami pengalaman-pengalaman puncak.
Ada kesempatan dimana orang yang mengaktualisasikan dirinya mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap. Seperti : pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang disebut Maslow dan Idquo : peak experience atau pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang kuat dan ada yang ringan, hal ini dapat diperoleh setiap hari yaitu dengan cara bekerja, mendengarkan musik, membaca buku, bahkan saat mengalami terbitnya matahari.
9.    Minat sosial.
Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membatu orang lain. Bainya mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.
10.     Hubungan antar pribadi yang kuat.
Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar, persahabatan yan lebih dalam serta identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak banya, tetapi sangat akrab. Istrinya mungkin cuma satu, tapi cinta yang diterima dan diberikannya sangat besar dan penuh kesetiaan.ia tidak memiliki ketergantungan yang berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga membuatnya terhindar dari cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.
11.     Struktur watak demokrasi.
Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memerhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik, ras, warna kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau menganggap dirinya paling benar. Sifat ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan, seperti : kebenaran, kejujudan , keadilan.
12.     Mampu mengintegrasikan sarana dan tujuan.
Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan tujuan adalah tujuan. Tetapi berbeda dengan orang-orang biasa, orang yang teraktualisasi melihat sarana bisa pula menjadi tujua karena kesenangan dan kepuasan yang ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukalah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan, menyenangi apa yang dilakukan, sekaligus melakukan yang dia senangi , membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai dan penuh dengan rekreasi.
13.     Selera humor yang tidak menimbulkan permusuhan.
Humor yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi lebih bersifat filosofis,humor yang menertawakan manusia pada umumnya, bukan kepada individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang bijaksana yang dapat membuat orang tersenyum dan meengangguk tanda mengerti daripada membuatnya tertawa terbahak-bahak.

14.     Sangat kreatif.
Kreativitas juga merupakan ciri umum pada manusia superior ini. Ciri-ciri yang berkaitan dengan kreativitas ini antara lain fleksibelitas, spontanitas, keberanian, keterbukaan, dan kerendahan hati. Maslow percaya ini merupakan sifat yang sering hilang tatkala orang sudah dewasa. Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau menggabungkan beberapa penemuan sehingga di dapatkan sesuatu yang berbeda. Kreativitas juga merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia, suatu proses, dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai
15.     Menentang konformitas terhadap kebudayaan.
Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan, tetapi ia dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-cara tertentu yang diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu mempermasalkan hal-hal kecil seperti cara berpakaian, tata krama, cara makan, dan sebagainya. Tetapi ia dapat keras dan terus terang jika mendapati soal-soal yang sangat penting baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.

VIII.     HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN DENGAN KEPRIBADIAN [12]

Menurut Raucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor biologis misalnya seperti : sistem syaraf, proses pendewasaan, dan kelainan biologis lainnya. Sedangkan faktor psikologis adalah seperti unsur temperamen, kemampuan belajar, perasaan, keterampilan, keinginan, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah faktor sosiologis. Kepribadian dapat mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain yang khas dimiliki oleh seseorang  yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Ketiga faktor diatas adalah faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian.
Seseorang yang sejak kecil dilahirkan sampai dewasa selalu belajar dari orang-orang disekitarnya. Secara bertahap dia akan mempunyai konsep kesadaran tentang dirinya sendiri. Lama kelamaan perilaku-perilaku si anak akan menjadi sifat yang nantinya menghasilkan suatu kepribadian. Berikut ini adalah beberapa kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni :
1.    Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan.
Contoh : adat istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biaanya pihak perempuan yang melamar, sedangkan di Lampung pihak laki-laki yang melamar.
2.    Cara hidup di kota dan di desa berbeda (urban dan rural ways of life).
Contoh : perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri diantara teman-temannya, sedangkan anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai (sense of value).
3.    Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial.
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah, dan menengah. Misalnya : cara berpakaian, pergaulan, bahasa sehari-hari, dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4.    Kebudayaan khusus atas dasar agama.
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5.    Kebudayaan berdasarkan profesi.
Misalnya : kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lainnya adalah seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungannya dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.


BAB III

PENUTUP


I.        KESIMPULAN


Dari karya tulis yang telah saya buat dan disusun sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sebuah karya tulis yang membahas tentang “Teori Kepribadian”. Yang dimana sama-sama kita semua ketahui bahwa diberbagai macam atau jenis makalah yang berbeda-beda pembuatnya pastilah akan ada bab penutup ini yang berisikan dua pokok pembahasan yaitu kesimpulan dan saran dari makalah yang telah dibuat tersebut. Maka dari itu, makalah ini juga memiliki sebuah kesimpulan dari semua isi makalah yang telah kami buat ini. Kesimpulan dari makalah ini menurut pandangan kelompok kami yaitu definisi dari kepribadian adalah ciri khusus yang terdapat pada seseorang sehingga orang tersebut memiliki kelebihan dimata orang lain dan merupakan proses kedewasaan. Sebenarnya pengertian atau definisi dari kepribadian itu sendiri terbagi menjadi dua pendapat, yaitu definisi kepribadian yang diutarakan menurut kehidupan sehari-hari dan definisi kepribadian yang diutarakan menurut psikologi. Perbedaan dari kedua pendapat atau cara pandang yaitu :
·      Kalau menurut cara pandang di kehidupan sehari-hari, kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten.
·      Kalau menurut cara pandang dari psikologi, ada banyak pengertian yang diungkapkan para ahli tentang kepribadian.
Di makalah ini selain adanya definisi yang dipaparkan atau dideskripsikan dengan baik, adapula pembahasan yang lain selain definisi dari kepribadian. Pembahasan di dalam makalah ini yaitu seperti : unsur-unsur dari kepribadian. Yang dimana unsur-unsur kepribadian tersebut berisikan tentang pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Selain unsur-unsur kepribadian, juga terdapat pembahasan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Yang dimana terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian, yaitu faktor internal dan eksternal. Lalu adapula pembahasan tentang macam-macam dari kepribadian, yang dimana terdapat kepribadian yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan .
Lalu bukan hanya terdapat pengertian atau definisi dari kepribadian saja yang terdapat di dalam pembahasan makalah ini. Tetapi juga terdapat definisi dari teori kepribadian, yang mana arti dari teori kepribadian itu sendiri adalah sekumpulan anggapan atau konsep yang satu sama lainnya berkaitan mengenai tingkah laku manusia. Lalu sebenarnya teori kepribadian memiliki fungsi-fungsinya, yaitu fungsi prediksi dan fungsi deskriptif. Di dalam kerpibadian terdapat berbagai macam teori yang selalu mendampingi keberadaan dari kepribadian dan yang berisikan tentang hal-hal yang berbau kepribadian masing-masing individu. Ada empat teori yang ada di dalam kepribadian yaitu :
·      Teori psikoanalisa.
·      Teori behavioristik.
·      Teori akrualisasi diri atau humanistik.
Lalu pembahasan yang terakhir di dalam makalah yang telah kami buat ini yaitu hubungan antara kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing individu dengan kebudayaan yang ada di kehidupan manusia.












DAFTAR PUSTAKA



http://andriaditia56.blogspot.com/2013/05/teori-kepribadian-behavioristik-skinner.html.
Diakses pada tanggal: 27 November 2013, jam : 10.55 WIB.
http://aryapramudya-gunadarma.blogspot.com/2012/03/hubungan-antara-manusia
dengan.html. Diakses pada tanggal : 27 November 2013, jam : 11.19 WIB. 
Koentjaranigrat. Pengantar Ilmu Antropologi. (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2009).
Koeswara, E. Teori-teori Kepribadian. (Bandung : Eresco, 1991).
Yusuf , Syamsu. Teori Kepribadian. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008).



[1]  Koentjaranigrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 2009), hal : 82-83.
[2]  E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung : Eresco, 1991), hal : 9.
[3]  Ibid, hal : 10.
[4]  Ibid, hal : 11.
[5]  Koentjaraningrat, op.cit. Hal : 84-90.
[6]  Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), Hal : 20.

[7]  Ibid. Hal: 27

[8]  E. Koeswara, op.cit, hal : 5.
[9]  Ibid, hal : 6.
[10]  Ibid, hal : 49-54.
[11]  http://andriaditia56.blogspot.com/2013/05/teori-kepribadian-behavioristik-skinner.html. Diakses
    Pada tanggal: 27 November 2013, jam : 10.55 WIB.
[12]  http://aryapramudya-gunadarma.blogspot.com/2012/03/hubungan-antara-manusia-dengan.html.
    Diakses pada tanggal : 27 November 2013, jam : 11.19 WIB. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar